Bisnis.com, PALEMBANG -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK mencatat tidak ada satu pun proyek pembangkit listrik tenaga sampah dengan teknologi insenerator yang berjalan di Tanah Air karena terhalang sejumlah kendala.
Tuti Hendrawati Mintarsih, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun KLHK, mengatakan salah satu kendala utama penerapan PLTSa adalah proses perizinan yang lama.
"Semua [proyek PLTSa] di Indonesia belum ada yang jalan karena perizinan dan prosesnya yang lama," katanya di sela-sela rapat koordinasi nasional pengelolaan sampah di Palembang, Rabu (15/3).
Tuti mengatakan padahal kebutuhan pengelolaan sampah dengan teknologi seperti insinerator tersebut mendesak bagi beberapa kota besar. Dia menyebut DKI Jakarta, Bali dan Medan adalah kota yang kondisi sampahnya sudah masuk kategori banyak dan harus segera ditanggulangi.
"Jakarta itu parah banget, sampahnya bisa sampai 7.000 ton per hari, harus dibantu teknologi. Bali juga mendesak karena meski kecil tapi jumlah turis banyak dan bisa menghasilkan 1.000 ton sampah per hari," ujarnya.
Menurut Tuti, hampir semua kota di dunia sudah menerapkan teknologi insinerator untuk mengelola sampah karena dinilai paling cepat menghabiskan sampah. Sehingga, kata dia, teknologi tersebut sangat cocok untuk kota besar.
Namun demikian, dia melanjutkan, teknologi pengelolaan sampah tidak hanya terbatas pada insinerator, adapula biogas dan metan capture. "Kalau untuk kota kecil jangan dulu [pakai insinerator] karena biaya pengelolaannya juga mahal," katanya.
Dia melanjutkan secara nasional volume sampah diprediksi mencapai 65 juta ton pada tahun ini naik dari tahun lalu yang sebanyak 64 juta ton.
Menurutnya, pemda bisa mendorong pengelolaan sampah dengan memberdayakan bank sampah yang dibentuk masyarakat. Saat ini, kata dia, terdapat 5.000 bank sampah yang dikelola masyarakat dan tersebar di Tanah Air.
Sementara Walikota Palembang Harnojoyo mengatakan, rencana untuk memperbanyak bank sampah sendiri sudah dilakukan mulai tahun ini. Saat ini sudah ada 58 bank sampah yang dibentuk masyarakat dan pihak swasta. "Kami akan memperbanyak lagi, karena ini adalah salah satu upaya menangani permasalahan sampah,"ujarnya.
Pihaknya juga akan mempercepat upaya pembangunan insinerator yang menggandeng investor dari luar negeri. “Sekarang masih dalam tahap rencana dan persiapan,” kata dia. Diakuinya, insinerator itu dapat menunjang listrik dengan kapasitas megawatt. Adapun sumber sampahnya berasal dari TPS yang ada di Palembang.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumsel, Ishak Mekki mengatakan, produk sampah yang dihasilkan setiap harinya sangat besar, sehingga perlu adanya manajemen tentang sampah.
"Apalagi Kota Palembang adalah kota besar dan akan menjadi tuan rumah Asian Games, sehingga sangat diperlukan upaya dalam penanganan sampah," katanya.
Menurutnya, sampah yang ada di Kota Palembang dan kota lain tidak bisa didiamkan saja. Peranan pemerintah untuk mendatangkan investor dalam mengelola sampah, seperti menjadikan bahan dasar pembangkit listrik dan sebagainya.
"Peluang ini harus dimanfaatkan. Sampah sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik. Tinggal bagaimana cara mendatangkan investor itu," ujarnya.
KLHK: Belum Ada Cerita Sukses Proyek PLTSa di Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK mencatat tidak ada satu pun proyek pembangkit listrik tenaga sampah dengan teknologi insenerator yang berjalan di Tanah Air karena terhalang sejumlah kendala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dinda Wulandari
Editor : News Editor
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Arus Borong JPFA saat Rapor Kinerja Berkokok
3 jam yang lalu
Peluang Rebound Emiten Batu Bara ADRO, PTBA, hinga HRUM
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
5 hari yang lalu
I-WISE, Cara Bijak PHR Meremajakan Lapangan Tua Blok Rokan
3 hari yang lalu