Bisnis.com, PEMATANGSIANTAR - VP Technology Relations and Special Project Smartfren Telecom mengungkapkan apa yang selama ini dinilainya belum terlalu dipahami masyarakat luas mengenai jaringan 4G LTE Smartfren.
Menurut Munir SP, VP Technology Relations and Special Project Smartfren Telecom, selama ini banyak yang menganggap sinyal 4G LTE Smartfren hanya bisa ditangkap oleh handset CDMA.
"LTE itu apa? Ini yang masih banyak salah persepsi di masyarakat," ujarnya saat Media Update di salah satu hotel di Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara, Senin (27/2/2017) malam.
Dia menjelaskan bahwa teknologi LTE (Long Term Evolution) sebenarnya bukan GSM. CDMA dan GSM masing-masing merupakan generasi tersendiri dan LTE adalah generasi terbaru dari CDMA dan GSM.
"Masih banyak yang menganggap LTE-nya Smartfren itu LTE-nya CDMA. Sebetulnya, kalau kita tahu teknologinya, yang beda itu bukan LTE-nya CDMA atau LTE-nya GSM, tapi yang membedakan band frekuensinya."
Secara teknis dipaparkan, sinyal 4G dari operator GSM biasanya berada di band 1, band 3 atau band 5. Nah, untuk 4G LTE Smartfren berada di dua band, yakni band 5 dan band 40.
"Satu-satunya di Indonesia, tidak ada (operator seluler) yang menggunakan dua band sekaligus (dual band/dual frekuensi)," sambungnya.
Karena itu, jika masyarakat ingin membeli handset merek apapun di pasaran, dia minta untuk membaca spesifikasi dari handset tersebut.
Dan bila tertera bahwa handset itu bisa menangkap sinyal di band 5, band 40 atau keduanya, maka dia memastikan handset tersebut dapat menangkap sinyal 4G LTE Smartfren.
"Jadi kalau ada yang nanya, bisa gak pakai Smartfren? sebenarnya gampang aja. Kalau band 5 atau band 40, pasti bisa. Kalau ada yang masih beranggapan berbeda LTE CDMA atau LTE GSM, jangan khawatir, LTE ya LTE saja."
Adapun Media Update tersebut merupakan salah satu rangkaian acara dalam kegiatan Jelajah Sumatra Utara yang digelar Smartfen untuk menguji keandalan sinyal 4G LTE, mulai 27 Februari sampai 1 Maret 2017.
Sejauh ini, optimasi jaringan dan peningkatan kapasitas, khususnya di lokasi atau kota-kota yang memiliki lalu lintas data dan voice yang padat dengan melakukan densifikasi TDD, dinilainya berjalan lancar.
"Dari Medan sampai Siantar hanya ada (pelemahan kekuatan sinyal) beberapa saat saja, tapi secara umum tidak ada masalah."