Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gotong-royong Produksi Pupuk Organik, Desa Padang Toboh Ulakan Kini Tercipta Ekosistem Hijau

Melalui program Si Cadiak, masyarakat dibimbing langsung untuk mengolah limbah pertanian dan peternakan untuk pupuk organik.
Seorang petani menebar pupuk organik pada tanaman buah pepaya di Padang Toboh Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Sabtu (2/8/2025). Bisnis/Muhammad Noli Hendra
Seorang petani menebar pupuk organik pada tanaman buah pepaya di Padang Toboh Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Sabtu (2/8/2025). Bisnis/Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG PARIAMAN - Dahulu, gumpalan asap dari hamparan sawah seluas 109,59 hektare sudah menjadi pemandangan yang biasa di ada di Desa/Nagari Padang Toboh Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat.

Pembakaran jerami seakan sudah menjadi kebiasaan bagi petani setempat, dengan dalih abu dari sisa pembakaran jerami dapat dijadikan pupuk alami. Padahal, tindakan membakar jerami bukanlah hal yang dibenarkan, karena telah menyebabkan terjadi polusi udara.

“Petani di desa ini kalau menanam padi itu secara serentak, karena sawah tadah hujan. Jadi panennya pun serentak. Artinya pembakaran jerami akan terjadi hari demi hari dari sejumlah hamparan sawah yang melakukan panen. Di waktu sore paling sering petani melakukan pembakaran jerami,” kata Yulbahri warga Padang Toboh Ulakan, Rabu (6/8/2025).

Seiring waktu berlalu, Yulbahri bersama warga desa lainnya merasa, tindakan membakar jerami usai panen, telah menyebabkan polusi udara. Ada abu bekas pembakaran jerami itu sampai ke rumah-rumah warga, dan hal ini dibuktikan terlihat pada setiap helai daun tanaman yang ada di lingkungan masyarakat.

“Kondisi ini salah, tidak boleh berlarut-larut, begitu kata hati saya,” ujar Yulbahri 

Tepat pada tahun 2023 lalu, ketika ada kegelisahan hati masyarakat melihat kondisi pertanian yang demikian, selain ada persoalan kebiasaan membakar jerami, juga dihadapkan dengan persoalan pertanian yang tidak bisa dikelola secara maksimal, akibat perubahan iklim yang membuat hamparan lahan sawah menjadi lahan tadah hujan, hadirlah program Si Cadiak (sistem inovasi cerdas kelola limbah) dari CSR/TJSL PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Minangkabau.

Hadirnya Si Cadiak ini, masyarakat dibimbing langsung untuk mengolah limbah pertanian dan peternakan untuk pupuk organik. Dalam hal ini Pertamina berkolaborasi dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumbar, menjadi pihak yang memiliki keilmuan tentang teknologi pertanian.

“Kami mendapat dukungan dari Pertamina untuk solusi dari kebiasaan membakar jerami itu, yakni mengubah jerami menjadi pupuk organik, dimana yang membimbing kami itu dari ahli nya langsung yakni PKBI Sumbar yang juga merupakan seorang dosen pertanian di Universitas Eka Sakti,” jelas Yulbahri.

Dengan adanya program Si Cadiak ini, perhatian dan dukungan Pertamina turut disambut dengan baik oleh masyarakat setempat, buktinya masyarakat pun sepakat untuk membentuk kelompok Usaha Kompos Sejahtera Bersama (Ukasema), dan kelompok ini memiliki sebuah misi untuk mempersiapkan masa depan yang sehat, dan menjadikan kampung halamannya sebagai sentra percontohan ekosistem energi hijau.

Terbentuknya Ukasema ternyata menjadi pemicu semangat dan optimisme masyarakat untuk membangun desa yang sehat dan membentuk ekosistem hijau. Tidak ada batas usia dan gender, semuanya bekerja bergerak secara gotong-royong mengolah limbah pertanian dan perikanan menjadi pupuk organik.

Menurut Yulbahri, munculnya semangat dari masyarakat itu, adanya perhatian yang serius dari Pertamina untuk mendukung cita-cita masyarakat. Terlebih di desa tersebut, 80% nya merupakan hamparan pertanian padi, jagung, pisang, kelapa, pepaya, hingga sayur mayur lainnya.

“Jadi sekitar tahun 2023 Pertamina datang ke desa kami. Sejak itu dan hingga sekarang, Pertamina masih mendukung kami, terutama untuk memproduksi pupuk organik atau kompos, yang memanfaatkan limbah pertanian seperti jerami, sekam, serbuk kayu, dan kotoran ternak sapi dan kerbau,” kata Yulbahri yang juga Ketua Kelompok Ukasema.

Hari demi hari yang dilakukan, bimbingan yang diberikan ke masyarakat tidak henti. Hingga masyarakat berhasil mengolah limbah jerami itu menjadi pupuk organik, dan kemudian pupuk tersebut diberi merek BOKASHI (bahan organik kaya sumber hayati).

Manfaat BOKASHI Bagi Pertanian

Dalam melakukan proses olahan dan pengadukan untuk pupuk organik itu, Ukasema tidak ada istilah ketua kelompok, orang tua, atau ibu-ibu, tapi semua orang terlibat untuk memproduksi BOKASHI. Dari kekompakan masyarakat ini, ternyata bisa memproduksi pupuk organik 2,5 ton per bulan dengan harga Rp30.000 per karung dengan berat 10 kg.

Memiliki harga yang murah dan kaya akan manfaat, acap kali petani membeli dalam jumlah yang banyak, dan kemudian diangkut menyisiri jalan di pedesaan. 

Wajah-wajah masyarakat di Desa Padang Toboh Ulakan ini, bukti nyata bahwa kehadiran inovasi pupuk organik telah mampu mendorong produktivitas pertanian, karena menjadi pupuk yang selalu ada saat dibutuhkan petani, dan hadir dengan harga ramah di kantong.

Melalui pupuk organik yang diproduksi sejak tahun 2023 itu, dan harga yang terjangkau, secara bertahap, petani setempat mulai beralih menggunakan pupuk organik yang dibeli dari di Ukasema. Dari pupuk organik ini, petani setempat biasanya menggunakan untuk tanaman sayur-sayuran, buah-buahan.

Rentetan gerakan Ukasema memproduksi pupuk organik BOKASHI ini mencerminkan rantai lingkungan yang baik dan menciptakan ekosistem energi hijau. Dulu, gumpalan asap jerami padi tampak dari hamparan sawah, tapi kini kondisi yang demikian tidak terjadi lagi, karena masyarakat mulai menyadari bahwa tindakan tersebut menyebabkan populasi udara.

Proses Produksi Pupuk Organik

Koordinator PKBI Sumbar Henny Puspita Sari yang telah membimbing masyarakat di Padang Toboh Ulakan memproduksi pupuk organik menceritakan bahwa selain kondisi lahan sawah yang kini menjadi tadah hujan, perlu ada langkah konkrit agar lahan tidak dibiarkan tidur dalam waktu yang panjang.

Dikatakannya pengelolaan lahan sawah tadah hujan itu, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk tanaman pangan lainnya, salah satu jagung. Namun untuk bisa membuat unsur tanah tetap subur, maka perlu adanya pupuk organik itu.

Henny menyatakan alasan kenapa pupuk organik yang menjadi solusi untuk mengolah lahan yang telah lama tidur itu, karena dari hasil uji Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika di Solok, pupuk organik yang diproduksi oleh kelompok Ukasema tersebut, memiliki kandungan NPK yang bagus, dimana untuk Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K) melebihi dari nilai standar.

“Pupuk organik yang diproduksi Ukasema ini dari campuran limbah sapi, jerami padi, sekam, dedak, sekam bakar, dan kemudian dilakukan fermentasi paling cepat 14 hari, tapi rata-rata Ukasema ini satu bulan, nanti dua kali sehari diaduk lagi, dan pantau juga suhu panasnya, kalau 40 derajat celcius masih normal, tapi jika atas itu suhunya, maka disiram lagi,” jelasnya.

“Jadi pupuk organik ini ada unsur makro, ada NPK, sudah lakukan ujian analisis di Balitbu, didapatkan N itu lebih dari 1, P lebih dari 2 dan K didapatkan satu koma sekian, bukan NPK saja, juga ada unsur hara makronya juga,” sambung Henny.

Melihat kandungan yang bagus, dia berharap pupuk organik menjadi keperluan utama bagi petani di Padang Toboh Ulakan kedepannya, karena dengan menggunakan pupuk organik, tidak hanya menyuburkan tanah saja, tapi juga dapat memberikan efek kesehatan bagi tanaman yang tumbuh itu, bila dikonsumsi oleh manusia.

Hanya saja, kondisi yang ada saat ini, pola pikir masyarakat untuk benar-benar menggunakan pupuk organik belum sepenuhnya mau, karena masih terbiasa dengan pupuk kimia. “Semoga kedepan pupuk organik ini bisa lebih banyak peminat, dan Ukasema bisa menjadi Bank Jerami yang menghasilkan pupuk organik,” harap dia.

Pertamina Dukung Potensi Ekosistem Hijau

Hadirnya program Si Cadiak itu, Pertamina menilai telah turut mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama pada poin 1 yakni tanpa kemiskinan, poin 5 kesetaraan gender, poin 7 energi bersih dan terjangkau, dan poin 13 penanganan perubahan iklim. Melalui Si Cadiak, Pertamina Patra Niaga menunjukkan komitmennya dalam membangun ekonomi masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan.

Perjalanan bangkitnya Desa Padang Toboh Ulakan ini, akan terus didukung oleh Pertamina. Menurut Community Development Officer (CDO) AFT Minangkabau, Wahyu Hamdika, adanya pendampingan program itu sebagai bentuk mendukung potensi yang dikelolah oleh masyarakat, yakni limbah pertanian dan limbah peternakan. 

“Jadi yang kita lakukan adalah intervensi limbah yang diolah menjadi pupuk organik. Karena sebelumnya, kami juga telah melakukan pendampingan untuk sumber biogas, dan bahkan sudah terpasang 5 titik di Padang Toboh Ulakan, jadi tidak lagi menggunakan gas yang berbayar,” jelasnya.

Dikatakannya dengan adanya hasil perjuangan yang nyata itu, kondisi yang telah kini di Padang Toboh Ulakan terbentuk ekosistem hijau. Seperti untuk sampah jerami yang sebelumnya menyumbang polusi, karena hasil membakar jerami, kini hal tersebut telah berubah menjadi situasi yang positif.

Karena program tersebut tidak bisa berjalan sendiri, kata Wahyu, sehingga Pertamina melibatkan perguruan tinggi seperti dari Universitas Andalas dan Universitas Eka Sakti. Oleh karena itu, pada tahun 2025 ini, Pertamina ingin menjadikan Ukasema sebagai learning center untuk belajar terkait pengelolahan limbah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro