Bisnis.com, BATAM - Rencana investasi perusahaan asal Singapura, Gallant Venture Ltd., sebesar Rp 48 triliun untuk membangun pembangkit listrik di Batam akan menambah portofolio kota industri ini sebagai lokasi favorit investasi di sektor energi.
Sebelumnya. Batam menjadi destinasi investasi bagi sejumlah perusahaan yang bergerak di manufaktur solar panel. Selain itu, sejumlah korporasi nasional akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di dua waduk yang ada di Batam.
Gallant Venture melalui anak perusahannya, PT Batamindo Investment Cakrawala (BIC) yang mengelola kawasan industri (KI) tertua di Batam, KI Batamindo akan berinvestasi dalam membangun PLTU dan PLTS di Batam.
Rencana pembangunannya akan dibagi dalam dua tahapan, dimana tahapan pertama yakni pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 350 MW dan infrastruktur pendukung untuk fasilitas 2 GW. Lokasinya di Pulau Setokok, Batam.
Pada tahapan kedua, pembangkit listrik berkapasitas 600 MW dan ladang tenaga surya berkapasitas 400 MW, serta kabel transmisi bawah laut akan dibangun untuk menghubungkan pembangkit miliki grup di Batam, Bintan dan Pulau Bulan.
Estimasi biaya proyek secara keseluruhan antara US$2,7 miliar hingga US$3 miliar atau setara dengan Rp 46-48 triliun, yang terdiri dari investasi tahap awal sekitar US$1,5 miliar dan tahap kedua sekitar US$1,2 miliar hingga US$1,5 miliar.
Baca Juga
Profil Gallant Venture di Batamindo
Gallant sendiri merupakan investment holding company dari Singapura, yang anak perusahaannya beroperasi di Batam dan Bintan. Perusahaan ini berdiri pada 2003. Di Batam, Gallant merupakan induk perusahaan dari PT BIC, yang mengelola Kawasan Industri Batamindo.
Gallant Venture merupakan kendaraan investasi yang dikendalikan oleh Salim Group.
Sebagai kawasan industri pertama di Batam, Batamindo mulai beroperasi pada tahun 1990. Kawasan ini dibangun atas kesepakatan dari Join Venture pada tanggal 11 januari 1990, dengan pembebasan lahan sekitar 320 hektar.
Batamindo diresmikan dengan peletakan batu pertama pada tanggal 28 februari 1990 yang dihadiri oleh beberapa tokoh penting dari Singapura dan Indonesia, seperti Brigadir Jendral Lee Hsien Loong (Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura), BJ Habibie (Menteri Negara Riset dan Teknologi), Radius Prawiro (Menteri Koordinasi Bidang Ekonomi, Pendanaan dan Pengembangan Industri), Tungki Ariwibowo (Menteri Muda Perindustrian dan Perdagangan), dan Philip Yeo (Ketua Dewan Pengembangan Industri Singapura ).
Adapun, perusahaan yang pertama kali jadi tenant resmi di Batamindo yakni PT Sumitomo Electric Industries pada tanggal 30 April 1990, namun baru beroperasi pada 8 April 1991 dengan nilai investasi sebesar US$30 Juta.
Sementara perusahaan yang pertama kali beroperasi di Batmaindo yakni PT Thomson pada januari 1991. Hingga saat ini, sudah ada sebanyak 72 tenant perusahaan asing maupun lokal di Batamindo, termasuk perusahaan manufaktur elektronik terkemuka dunia seperti Pegatron, Schneider, Panasonic dan lainnya.
Mengenai rencana pembangunan pembangkit listrik senilai Rp48 triliun, Gallant bermaksud untuk meningkatkan ketersediaan energi untuk operasional grup perusahaannya, baik di Batam maupun Bintan.
Selain Batamindo, Gallant juga memiliki anak usaha di Pulau Bintan, yakni Kawasan Industri Bintan atau Batam Industrial Estate (BIE) dan usaha akomodasi, yakni Bintan Resorts. Perusahaan dealer ATPM kendaraan Suzuki di Batam, yakni Indomobil juga merupakan anak usaha Gallant
Menurut Direktur Eksekutif dan Sekretaris Perusahaan Gallant Venture Choo Kok Kiong memprediksi konsumsi listrik di Batam akan meningkat secara signifikan jelang 2029. Hal itu didorong oleh ekspansi ekonomi regional dan rencana ekspansi grup sendiri.
Hal ini sudah termasuk perluasan BIE dan penambahan 2.000 kamar baru di Bintan Resorts dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, perkembangan ekonomi regional dapat berdampak terhadap negara tetangga dan mempercepat pembangunan di pulau-pulau industri seperti Batam dan Bintan.
Dengan rencana investasi sebesar Rp48 triliun, Gallant bermaksud untuk membiayai proyek tersebut melalui dana internal, pinjaman bank dan penerbitan surat berharga yang mencakup obligasi konversi.
Choo melanjutkan bahwa jika grup memutuskan untuk menghimpun dana melalui penerbitan surat berharga, perusahaan akan membuat pengumuman lebih lanjut untuk memberikan rincian penerbintan, dan meminta persetujuan pemegang saham sesuai dengan Peraturan Pencatatan Bursa Efek Singapura jika diperlukan.