Bisnis.com, BATAM - Salah satu kawasan industri terbesar di Batam, Batamindo yang dikelola oleh PT Batamindo Investment Cakrawala (BIC) akan segera berinvestasi untuk membangun pembangkit listrik baru di Batam.
Hal tersebut terungkap saat induk perusahaan BIC asal Singapura, Gallant Venture Ltd mengumumkan secara resmi pada 9 Juni 2025.
Direktur Eksekutif dan Sekretaris Perusahaan Gallant Venture Ltd Choo Kok Kiong mengatakan proyek ini bertujuan memenuhi permintaan energi yang meningkat terutama dari para tenant di dalam kawasan, serta mendiversifikasi portofolio pembangkit energinya. Selain itu, pihaknya ingin membantu pengembangan investasi di Kepulauan Riau khususnya Batam dari sisi ketersediaan energi.
"Investasi ini diusulkan untuk mendukung strategi jangka panjang. PT BIC juga telah menjadi produsen listrik independen utama di Kepulauan Riau. Selain itu didorong oleh peningkatan kebutuhan energi di kawasan industri dan resor yang dioperasikan oleh grup," katanya dalam siaran pers resmi yang diterima Bisnis.com, Kamis (12/6/2025).
Choo kemudian menjelaskan sebelumnya Gallant Venture mengutamakan gas alam sebagai sumber energi utama, yang dilengkapi juga dengan diesel dan tenaga surya.
Tapi karena saat ini biaya gas melonjak taja dan pasokannya terbatas, maka Gallant memutuskan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara berkapasitas 2 gigawatt dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 400 megawatt.
Baca Juga
Rencana pembangunannya akan dibagi dalam dua tahapan, dimana tahapan pertama pembangkit listrik awal dibangun dengan kapasitas 350 MW dan infrastruktur pendukung untuk fasilitas 2 GW. Lokasinya di Pulau Setokok, Batam.
Pada tahapan kedua, pembangkit listrik berkapasitas 600 MW dan ladang tenaga surya berkapasitas 400 MW, serta kabel transmisi bawah laut akan dibangun untuk menghubungkan pembangkit miliki grup di Batam, Bintan dan Pulau Bulan.
Estimasi biaya proyek secara keseluruhan antara US$2,7 miliar hingga US$3 miliar atau setara dengan Rp46-48 triliun, yang terdiri dari investasi tahap awal sekitar US$1,5 miliar dan tahap kedua sekitar US$1,2 miliar hingga US$1,5 miliar.
"Proyek ini tidak hanya akan mendukung ekspansi yang sedang berlangsung dalam segmen industri dan resor Grup, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada sumber gas alam yang bergejolak, sehingga menjamin ketahanan energi jangka panjang bagi operasi grup," tuturnya.
Choo juga menjelaskan bahwa pihaknya menyadari kekhawatiran lingkungan yang terkait dengan pembangkit listrik tenaga batu bara, terutama terkait emisi gas rumah kaca dan kualitas udara.
"Sebagai tanggapan, dan sejalan dengan tujuan ekonomi dan lingkungan yang lebih luas, berbagai strategi mitigasi akan diterapkan. Ini termasuk pengadaan pembangkit Critical Power Plant tipe superkritis untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi, serta eksplorasi solusi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture & storage/CCS)," tuturnya.
Untuk mengimbangi dampak lingkungan dari proyek, ladang tenaga surya akan diintegrasikan sebagai sumber energi pelengkap. Secara paralel, Gallant akan terus memperluas kapasitas tenaga surya PV di kawasan industri dan resor untuk meningkatkan diversifikasi energi.(239)