Bisnis.com, PADANG - Komoditas gambir yang ada di Provinsi Sumatra Barat tersulut perang yang terjadi antara India dan Pakistan yang menyebabkan harga terjun bebas dan petani dilema.
Menurut Wakil Menteri UMKM Helvi Moraza, hal yang membuat komoditas gambir yang terpuruk di pasar global, karena tujuan pasarnya sangat terbatas yakni hanya ke India dan Pakistan. Kondisi tersebut perlu dilakukan perluasan pasar, tapi bukan di pasar global, melainkan penguatan pasar di dalam negeri.
“Kalau terlalu bergantung pada pasar global itu, bila terjadi gejolak politik atau konflik seperti yang terjadi saat ini, ya dampaknya seperti saat ini. Solusinya, jangan hanya ke pasar global,” katanya usai kegiatan Entrepreneur Hub Terpadu di kampus Universitas Andalas Padang, Rabu (14/8/2025).
Dia menyebutkan cara untuk bisa menyerap komoditas gambir itu yakni merangkul sejumlah pihak, termasuk BUMN Farmasi, karena dalam pengobatan itu akan membutuhkan komponen dari gambir ini. Kemudian perlu untuk memunculkan dan membina pelaku UMKM yang bisa melakukan pengolahan dari gambir tersebut.
“Telah ada pelaku UMKM yang menggunakan gambir ini sebagai pewarna batik dan masih di Sumbar juga, ternyata sudah ada juga yang membuat berbagai produk dari gambir. Artinya ada peluang untuk bisa memanfaatkan keberadaan gambir melahirkan ekonomi baru. Kemudian barulah nanti bicara soal hilirisasi dari gambir,” ujarnya.
Dengan semakin banyaknya kebutuhan di dalam negeri ini, maka soal ekspor dapat dikatakan sebuah bonus dari upaya yang telah dilakukan. Karena orang lain akan melihat bagaimana pengolahan gambir itu, sehingga yang diharapkan dalam jangka panjangnya adalah terus bermunculan pelaku UMKM yang mengolah gambir.
Baca Juga
Menurutnya untuk menjalankan langkah tersebut memang sangat dibutuhkan keterlibatan semua pihak, termasuk perguruan tinggi, melalui berbagai risetnya yang bisa menjadi acuan atau informasi dalam pengelolaan komoditas dimaksud.
“Jadi kalau serapan dalam negerinya bagus, dampak ekonominya akan dirasakan masyarakat, termasuk bagi petani itu sendiri,” sebutnya.
Oleh karena itu, dia menyatakan komoditas gambir jangan terlalu bergantung ke pasar global, karena bila pasarnya tergantung di satu tujuan saja, maka kondisi yang akan dihadapi seperti saat ini, petani dilema dampak dari perang India-Pakistan, karena pangsa pasarnya hanya di dua negara tersebut.
Di kesempatan itu, Rektor Universitas Andalas Efa Yonnedi menyampaikan terkait pemanfaatan gambir itu, bahkan Unand telah melakukannya dengan cara mengolah gambir menjadi tinta untuk kebutuhan Pemilu 2024 lalu, dan ternyata hasil dari membuat tinta dari gambir yang diolah tersebut, sangat bagus, dan buktinya dipakai untuk menjadi tinta pemilu.
“Kami sudah memulainya, dan itu merupakan hasil dari tim riset Unand juga,” tegasnya.
Menurutnya pada produksi tinta pemilu 2024 itu, daun gambir yang terserap jumlahnya 6-10 ton. Seandainya ada produk lain yang diciptakan dari bahan baku gambir, maka akan lebih banyak lagi serapan gambir di tingkat petani.
“Sesuai yang disampaikan Wamen UMKM, kami akan sangat senang ikut berperan dalam hal ini,” kata Efa.