Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Komoditas Gambir Sumbar ke India dan Pakistan Tersulut Perang

Perang India Pakistan membuat lalu lintas ekspor komoditas gambir dari Sumbar ke India dan Pakistan pada kuartal I/2025 belum begitu signifikan.
Pekerja melakukan proses pemindahan komoditas gambir yang telah kering di jemur ke dalam karung di gudang eksportir di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Jumat (15/12/2023). /Bisnis-Muhammad Noli Hendra
Pekerja melakukan proses pemindahan komoditas gambir yang telah kering di jemur ke dalam karung di gudang eksportir di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Jumat (15/12/2023). /Bisnis-Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG — Imbas konflik berkepanjangan yang terjadi antara India dan Pakistan turut mempengaruhi kinerja ekspor komoditas gambir dari Sumatra Barat (Sumbar) ke dua negara tersebut.

Perang India Pakistan membuat lalu lintas ekspor komoditas gambir dari Sumbar ke India dan Pakistan pada kuartal I/2025 belum begitu signifikan.

Badan Karantina atau Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Provinsi Sumatra Barat mencatat volume ekspor gambir dari Sumbar ke India dan Pakistan sepanjang Januari—Maret 2025 menyusut dibandingkan dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.

Kepala Karantina Sumbar Ibrahim menyebut, jika melihat dari data hingga Maret 2025, ekspor gambir Sumbar ke dua negara tersebut pada kuartal I/2025 hanya sebesar 12,90 ton.

“Untuk ekspor [gambir] Januari 2025 itu volumenya 1 ton, Februari 3,90 ton, dan Maret sebanyak 8 ton. Totalnya 12,90 ton,” kata Ibrahim dikutip dari data resmi Karantina Sumbar, Selasa (13/5/2025).

Menurut Ibrahim, volume ekspor yang tercatat hingga kuartal I/2025 itu tergolong rendah, karena melihat data dari tahun-tahun sebelumnya rerata ekspor komoditas gambir asal Sumbar melebihi 60.000 ton per tahunnya.

Dia mengungkapkan bahwa seiring dengan adanya konflik yang terjadi di India dan Pakistan—yang merupakan negara tujuan ekspor gambir di Sumbar—terjadi penurunan permintaan gambir dari India maupun dari Pakistan.

Sebagai gambaran, data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pemasok 80% komoditas gambir di pasar dunia, dan Sumbar merupakan daerah produksi gambir terbanyak di Nusantara.

Permintaan gambir dari India sebagai negara tujuan utama ekspor gambir juga terus meningkat hingga mencapai 13.000—14.000 ton per tahun. Selain ke India, pasar ekspor gambir Indonesia meliputi negara Jepang, Pakistan, Filipina, Bangladesh, serta Malaysia.

Adapun, Sumbar menjadi daerah pemasok komoditas gambir terbesar di Indonesia yakni mencapai 80%—90% dari total produksi gambir nasional. Secara kuantitas dan nilai ekspor, gambir Sumbar cenderung meningkat sehingga Sumbar diposisikan sebagai barometer gambir nasional.

Di sisi lain, anjloknya harga komoditas gambir di tingkat petani turut membuat petani gambir di Sumbar menjadi dilema.

Seorang eksportir gambir yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, Punit mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang menyebabkan lagi anjloknya harga gambir di tingkat petani, yakni adanya permainan pengepul, kualitas gambir diproduksi petani kurang bagus, dan perang antara India dan Pakistan.

Terkait dengan kualitas gambir, dia menyebut, banyak kasus kualitas gambir yang diproduksi petani sebagiannya malah dicampur dengan tanah sehingga membuat harga menjadi turun. Untuk itu, imbuhnya, pengepul harus benar-benar memastikan gambir yang dibeli petani dalam keadaan bagus.

“Saya kalau menemukan adanya gambir bercampur tanah itu, langsung saya tolak saja gambir yang diantar ke gudang saya oleh pengepul, dan itu urusan pengepul dengan petaninya. Saya maunya kualitas bagus, dan kalau bagus untuk harga di gudang bisa mencapai Rp60.000 hingga Rp80.000 per kilogram,” kata Punit.

Selain bercampur dengan tanah, dia mengungkapkan bahwa cara petani memanen daun gambir juga akan berpengaruh terhadap getah dan kualitas gambir yang diproduksi. Untuk bisa mendapatkan getah gambir yang bagus, jelasnya, daun yang dipanen itu harus memiliki rentang usia 2,5 bulan—4 bulan.

“Yang kami beli itu kan ada ketekin-nya. Untuk mendapatkan katekin yang bagus itu, jangan daun-daun yang masih berusia muda. Saya menduga, petani tidak sabar untuk panen, sehingga daun-daun yang belum memasuki masa panen, malah dipanen. Akibatnya kualitas buruk, dan kondisi semakin tidak terkendali, malah ada dicampur tanah malah,” sebutnya.

Itu sebabnya, dia berharap agar petani gambir di Sumbar benar-benar memproduksi gambir yang bagus. Terlebih, saat ini terjadi peperangan antara India dan Pakistan.

“Peperangan [India Pakistan] yang terjadi itu turut mempengaruhi permintaan gambir dari kedua negara itu, membuat tumpukan stok di gudang. Sementara panen gambir terbilang melimpah, meskipun saat ini harga lagi anjlok,” kata Punit.

Adapun, kawasan perkebunan gambir di Sumbar tersebar di sejumlah daerah, mulai dari Kabupaten Limapuluh Kota, Pesisir Selatan, hingga Kabupaten Agam dan Pasaman.

Untuk Kabupaten Limapuluh Kota, pada 2021 luas lahannya 17.547 hektare (ha) dan produksi 7.845 ton. Kemudian, pada 2022 luas lahan 17.535 ha dan produksi 8.320 ton per tahunnya.

Selanjutnya di Kabupaten Pesisir Selatan, pada 2021 luas lahan gambir 9.991 ha dan produksi 5.875 ton. Kemudian, pada 2022 luas lahan 10.324 ha mampu memproduksi 7.227 ton gambir per tahunnya.

Sementara itu di Kabupaten Agam, luas lahan perkebunan gambir pada 2021 terbilang cukup kecil yakni 523 ha dengan produksi 123 ton per tahunnya. Kemudian, pada 2022 gambir yang ada di Agam mengalami penurunan menjadi 496 ha dengan produksi 122 ton per tahunnya.

Begitu juga dengan Kabupaten Pasaman, pada tahun 2021 luas lahan gambir di wilayah itu 377 ha dengan produksi 88 ton. Kemudian, pada 2022 terjadi peningkatan gambir di Pasaman dari luas lahan 125,93 ha dengan produksi menyentuh 125 ton per tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper