Bisnis.com, PADANG - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatra Barat menaruh harapan besar kepada Pemerintah Provinsi Sumbar yang tidak lama lagi akan mendapat kepala daerah yang baru.
Ketua Umum Kadin Sumbar Buchari Bachter mengatakan Sumbar memiliki potensi ekonomi hijau dan biru yang besar, tapi sejauh ini belum tergarap secara maksimal. Padahal bila ada langkah-langkah atau kebijakan dari kepala daerah mendatangkan investor, akan mampu mendongkrak perekonomian daerah.
"Supaya harapan kita bersama bisa terwujud kedepannya, kami dari Kadin menggelar dialog dengan kedua pasangan calon gubernur Sumbar periode 2024-2029. Sehingga harapan itu, bisa dibangunkan sejak dari sekarang," katanya, Kamis (21/11/2024).
Dia menjelaskan dengan adanya dialog tersebut bisa menyelaraskan visi dan misi dalam memajukan perekonomian daerah, khususnya dalam konteks pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Buchari Bachter menyampaikan melihat ekonomi biru, Sumbar memiliki hamparan laut yang terbentang di 7 kabupaten dan kota, yang artinya banyak hasil laut, baik itu sektor perikanan maupun wisata bahari, akan mendatang sumber ekonomi.
Lalu juga ada ekonomi hijau yakni energi baru terbarukan (EBT) yang memiliki banyak potensi yang belum tergarap secara maksimal, seperti EBT panas bumi.
Baca Juga
"Sekarang potensinya ada, lalu mau di apakan potensi ini? Supaya tergarap, maka perlu ada investor yang masuk, dengan demikian perekonomian pun akan membaik," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Sumbar Bidang Organisasi Arlin Teguh Ardani menambahkan konsep ekonomi hijau dan biru menjadi sorotan dalam dialog tersebut, karena dianggap sebagai kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ekonomi hijau mengacu pada kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan, sedangkan ekonomi biru berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Menurutnya Sumbar memiliki potensi besar dalam kedua sektor ini. Potensi energi terbarukan, seperti tenaga air dan panas bumi, dapat dikembangkan untuk mendukung ekonomi hijau.
Sementara itu, potensi perikanan, pariwisata bahari, dan bioteknologi kelautan dapat dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi biru.
Kadin berharap dari dialog tersebut dapat menghasilkan kesepakatan bersama antara pemerintah dan dunia usaha ke depan terkait langkah-langkah konkret untuk mengembangkan ekonomi hijau dan biru guna meningkatkan pertumbuhan Sumbar.
"Saat ini, pertumbuhan ekonomi Sumbar hanya 4,4%. Jadi perlu sinergi dan upaya ekstra semua pihak untuk mengoptimalkan pertumbuhan itu," tutupnya.
Menanggapi dari sejumlah gagasan Kadin itu, Plt Gubernur Sumbar Audy Joinaldy mengatakan kunci untuk memanfaatkan potensi yang itu adalah perlu adanya investor, dan investornya tidak harus dari luar negeri, tapi bisa merangkul para perantau Sumbar yang di berbagai daerah bahkan di sejumlah negara.
"Perantau Minang ini banyak yang kaya-kaya. Cuma persoalannya belum bisa dirangkul sepenuhnya untuk membangun kampung halaman melalui investasi, karena berbagai alasan," katanya.
Audy menyampaikan sejauh ini alasan para perantau Minang soal pembebasan lahan dan sebagainya, yang dianggap menjadi tantangan untuk melalukan pembangunan atau berinvestasi.
Menurutnya persoalan itu sebenarnya bisa dicarikan solusinya oleh pemerintah daerahnya, sehingga para perantau Minang bisa dirangkul, dan bisa diyakinkan bahwa investasi akan berjalan dengan baik dan aman-aman saja.
"Kami bersama Mahyeldi (Gubernur Sumbar) sudah upaya merangkul perantau Minang ini, jawaban mereka, kami cukup bangun masjid, dengan demikian pembangunan tetap bergerak di Sumbar," sebut Audy.
Dikatakannya jika bicara soal perekonomian, bila melihat pada aktivitas ekspor di Pelabuhan Teluk Bayur, hanya mampu melakukan ekspor CPO dan Baru Bara. Serta untuk pabrik yang besar hanya ada PT Semen Padang, dan itu sudah lama ada.
Dia menegaskan melihat kondisi yang ada di Sumbar, akan sulit untuk merangkul investasi dalam nilai yang besar. Misalnya investasi untuk ekspor perikanan yang ada di Padang yakni komoditas ikan tuna, sekarang itu ekspor ikan tuna di Sumbar ini tergolong masih kecil.
"Investasi untuk ekspor ikan tuna ini ada di Bungus Padang, dan itu pun secara kuantitas masih tergolong kecil. Bagaimana bisa melakukan lebih besar, lagi-lagi perlu mengajak investor melihat potensi perikanan di Sumbar ini, biar mereka yakin untuk menanamkan modal di Sumbar," ungkapnya.
Menurutnya bicara soal investasi energi hijau, ada EBT, banyak potensi EBT yang memiliki nilai yang bagus untuk dikelolah. Kini yang telah dimanfaatkan itu panas bumi di Kabupaten Solok Selatan, dan potensi yang masih ada untuk EBT panas bumi di Pasaman, Kabupaten Solok, dan di Kabupaten Tanah Datar.