Bisnis.com, PALEMBANG – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi tahunan di wilayah Provinsi Sumatra Selatan untuk periode Oktober 2024 tercatat sebesar 1,09%. Level ini menunjukkan penurunan tren inflasi secara year on year (yoy) di wilayah tersebut.
“Kita ketahui bahwa pada bulan Oktober 2023 lalu, terjadi kenaikan cukup tinggi terhadap komoditas PDAM. Sementara pada Oktober tahun ini, pengaruh dari PDAM sudah menurun,” ujar Kepala BPS Sumatra Selatan Moh Wahyu Yulianto, Jumat (1/11/2024).
Dia merinci bahwa lima komoditas utama yang menyumbangkan inflasi yoy terbesar meliputi emas perhiasan, daging ayam ras, gula pasir, kopi bubuk, dan sigaret kretek mesin, dengan total andil sebesar 1,06%.
Sedangkan dari 11 kelompok pengeluaran, terdapat delapan kelompok yang mengalami kenaikan, dan tiga kelompok yaitu kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami penurunan indeks.
Wahyu menambahkan bahwa Sumsel saat ini masih memiliki PR penting, di mana inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) di Bumi Sriwijaya hanya sebesar 0,25%. Padahal, target inflasi dari Bank Indonesia dan pemerintah provinsi adalah 2,5% plus minus satu.
“Jadi kita mengejar dua bulan ke depan, bukan mengejar inflasi, tetapi target inflasinya. Karena inflasi juga diharapkan menjadi trigger [pemicu] pertumbuhan ekonomi, tidak bisa deflasi terus-menerus,” jelasnya.
Baca Juga
Namun demikian, melihat potensi dua bulan kedepan, konsumsi masyarakat diperkirakan kembali naik sejalan hari besar seperti natal dan tahun baru.
Lebih jauh, dia mengungkapkan bahwa tidak terlalu melihat adanya dampak dari musim politik terhadap inflasi di Sumsel.
“Karena sekarang tidak ada lagi kampanye terbuka. Dulu kan kampanye terbuka mendatangkan orang, akumulasinya membeli makanan dan lain lain. Jadi sepertinya pengaruh dari pengeluaran itu [terhadap inflasi] yang saya lihat belum ada,” pungkasnya.
Sekadar informasi, laju inflasi Sumsel secara yoy ini dipengaruhi oleh beberapa peristiwa yang berlangsung pada periode tersebut diantaranya penyesuaian harga BBM jenis Pertamax, kenaikan harga emas, serta kenaikan harga dua komoditas volatile food meliputi bawang merah dan tomat.