Bisnis.com, PADANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatra Barat menyatakan megathrust Mentawai memiliki potensi terjadi gempa dengan kekuatan hingga magnitudo 8,9 dan menjadi ancaman besar bagi jutaan jiwa penduduk di Sumbar.
Juru Bicara BPBD Sumbar Ilham mengatakan megathrust Mentawai merupakan salah satu segmen dari 5 segmen yang terletak di wilayah Pulau Sumatra seperti di kepulauan wilayah Aceh, Nias, Bengkulu, dan Lampung.
"Untuk segmen Aceh, Nias, Bengkulu, dan Lampung, dari catatan para ahli kekuatannya telah berkurang yang telah terjadi sejak tahun 2000 dan terakhir 2007. Sekarang yang masih menyimpan kekuatan besar itu yakni di segmen wilayah Mentawai. Kekuatannya berpotensi M8,9 dan berpotensi diikuti tsunami," katanya, Rabu (18/9/2024)
Ilham menjelaskan untuk segmen di Mentawai ini tidak semua pulau-pulau di Mentawai yang punya potensi gempa yang cukup kuat. Dari data yang ada, pulau di Mentawai yang menyimpan potensi gempa dengan kekuatan M8,9 itu berada di Pulau Siberut dan Sipora.
"Kalau Pulau Pagai, baik yang utara maupun yang selatan, segmen itu kekuatannya telah menurun. Kendati demikian kami juga tidak bisa menjamin bahwa Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan aman, karena bicara dampak bencana alam ini tidak bisa dipastikan jangkauan dampaknya," tegas dia.
Melihat dari data berupa peta yang dihimpun terakhir di tahun 2022, segmen di beberapa titik wilayah Mentawai itu telah berkurang kekuatannya, yakni memiliki tanda berwarna merah.
Baca Juga
Berbeda dengan kondisi yang berada di Pulau Siberut dan Pulau Sipora, masih sedikit terlihat adanya tanda berwarna merah. Artinya di dua pulau di Mentawai tersebut menjadi segmen yang menyimpan kekuatan gempa dengan kekuatan mencapai M8,9.
Menurutnya jika sewaktu-waktu terjadi gempa M8,9 yang bersumber dari segmen di Mentawai itu, maka dari perhitungan para ahli, ketinggian landaan tsunami di Mentawai diperkirakan lebih dari 10 meter, sementara landaan tsunami yang sampai di wilayah pantai di Sumbar contohnya di Padang lebih dari 6 meter.
Melihat dari kondisi pantai di Sumbar ini bervariasi, ada yang pantainya itu flat dan ada yang memiliki tebing yang cukup tinggi dari daratan, maka seandainya landaan tsunami lebih dari 6 meter, landaan atau air tsunaminya memiliki jangkauan diperkirakan lebih dari 5 km.
"Kami juga telah membuat zona aman tsunami itu dengan memberi tanda di jalan aspal berwarna biru. Titik zona aman yang BPBD tetapkan itu, sengaja dilebihkan dari titik aman menurut perkiraan ahli. Misalnya ahli bilang aman tsunami itu 5 km dari bibir pantai, maka kami buat 7 km dari bibir pantai," ucapnya.
Ilham menyatakan tujuan hal tersebut dilakukan, untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari perkiraan yang telah dilakukan kajian oleh para ahli terkait ancaman bencana alam megathrust Mentawai tersebut.
Dia menyampaikan untuk kondisi pantai yang memiliki pegunungan atau bangunan, maka akan turut berperan menahan, menjadi pagar, atau pemecah kekuatan landaan tsunami menuju daratan.
"Jadi kalau dekat pantainya ada pegunungan dan bangunan-bangunan, ada kemungkinan bisa membantu mengurangi atau menahan laju landaan tsunaminya," sebut dia.
Akan tetapi dari sekian banyak wilayah pantai di Sumbar ini, Pulau Siberut Mentawai yang terpantau memiliki kondisi pantai yang flat yang mencapai 7 km.
"Flat itu ya sama datar saja pantai dengan daratan, tidak ada hambatan seperti bangunan maupun pegunungan," katanya.
Kondisi tersebut diakui Ilham berpotensi dengan cepat landaan tsunami untuk sampai ke daratan. Khusus di Siberut itu, ada tempat ketinggian yang menjadi shelter bagi masyarakat, dimana jarak shelternya itu sekitar 3-4 km dari bibir pantai.
"Di Siberut itu kami bersama BNPB, BMKG, dan Dinas Sosial, juga telah mensosialisasikan ke masyarakat setempat agar memanfaatkan tempat ketinggian tersebut menjadi shelter," ungkapnya.
Tempat ketinggian yang dimaksud itu, yakni berupa bukit yang juga merupakan kawasan berkebunnya masyarakat setempat. Sehingga bila melakukan evakuasi ke tempat itu, masyarakat telah memiliki cadangan logistik untuk sementara waktu.
Kesiapsiagaan Hadapi Ancaman Megathrust Mentawai
Ilham menyampaikan ancaman gempa dan tsunami di Sumbar ini bukan lagi bicara soal isu, tapi sudah bisa hal patut diwaspadai, karena berdasarkan perkiraan para ahli dengan cara menghitung periode bencana tsunami, memang sudah tiba masanya bencana gempa dan tsunami melanda wilayah Sumbar ini.
Data yang dimiliki BPBD, terakhir gempa dan tsunami yang terjadi di Sumbar pada tahun 1797. Periodik terjadi bencana yang serupa itu menghitung dari kondisi terumbu karang di laut, gempa dan tsunami di Sumbar siklusnya itu per 200 tahun.
"Sekarang sudah lebih dari perhitungan periodik itu, makanya beberapa waktu lalu BMKG mengeluarkan informasi dan menghimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman gempa dan tsunami megathrust Mentawai dan Selat Sunda," jelasnya.
Dikatakannya di Sumbar ini tindakan yang dilakukan yakni sosialisasi kepada masyarakat agar mereka tidak menanggapi informasi tersebut secara berlebihan.
Bahkan telah meminta kepada BPBD kabupaten dan kota untuk melakukan investigasi ke sejumlah bangunan baik yang dimiliki pemerintah maupun pihak swasta, yang bertujuan menghimpun data untuk mengukur kekuatan bangunan menghadapi ancaman gempa berkekuatan M8,9.
"BPBD kabupaten dan kota telah melakukan pendataan itu. Jadi kalau sudah tahu kemampuan bangunanya, kan bisa nanti diarahkan menjadi tempat evakuasi ke bangunan yang dinilai layak dan kuat menampung masyarakat," sebutnya.
"Kami memang tidak mendorong adanya pembangunan gedung khusus shelter yang baru. Tapi lebih kepada memanfaatkan tempat ketinggian yang dinilai aman dan layak jadi tempat evakuasi saat terjadi ancaman tsunami," sambung dia.
Selain itu, BPBD juga telah memasang rambu-rambu, jalur evakuasi, terkait upaya evakuasi saat menghadapi ancaman tsunami, di sejumlah kabupaten dan kota.
"Ancaman gempa dengan kekuatan M8,9 itu mungkin akan dirasakan di seluruh daerah di Sumbar, hanya saja kekuatannya saja akan berbeda di masing-masing daerah," jelasnya.
Sementara khusus untuk ancaman tsunami, lanjut Ilham, terdapat 7 kabupaten dan kota di Sumbar yang bakal turut terdampak. Mulai dari wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, dan yang paling berisiko itu di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Dari daerah yang berisiko terdampak tsunami itu, BPBD telah memasang 27 titik tanda biru atau zona aman tsunami. Kemudian melalui bantuan dari World Bank melalui BNPB juga telah dipasang sejumlah rambu evakuasi.
Selanjutnya telah membentuk desa kesiapsiagaan di 6 desa di Kabupaten Pesisir Selatan dan 6 desa di Kabupaten Padang Pariaman.