Bisnis.com, PALEMBANG – Semakin menyusutnya luas panen dan produksi padi dinilai menjadi peringatan bagi Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) terhadap potensi tekanan harga beras untuk periode yang akan datang.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Moh Wahyu Yulianto menjelaskan secara year on year (yoy) beras masih masuk dalam lima komoditas utama penyumbang inflasi terbesar di Sumsel periode Juli 2024.
“Komoditas beras kenaikannya terjadi hampir di seluruh wilayah baik itu Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Kota Palembang dan Lubuk Linggau,” ujarnya, Kamis (1/8/2024).
Dia menjelaskan share tertinggi untuk komoditas beras terjadi di Kabupaten Muara Enim dengan kenaikan harga beras sebesar 4,58% dan andil terhadap inflasi 0,27%. Kemudian di Kota Palembang beras memberikan andil inflasi sebesar 0,10%, serta di Lubuk Linggau share-nya sebesar 0,06%.
“Berkurangnya luas panen dan produksi tentu kita harus mewaspadai tekanan harga beras untuk periode selanjutnya,” kata Wahyu.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Sumsel Elen Setiadi menambahkan komoditas beras merupakan salah satu sumber inflasi di Sumsel dan menjadi perhatian pihaknya.
Baca Juga
Dia mengklaim telah menyiapkan sejumlah strategi bersama instansi terkait dalam rangka pengendalian inflasi yang bersumber dari beras.
“Nanti akan kita detailkan lagi (strateginya) bersama BULOG. Mestinya ini bisa kita jaga,” kata Elen.
Di samping itu dia menegaskan, kondisi yang mulai memasuki musim kemarau hingga berpotensi memicu bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah itu, secara umum tidak akan mempengaruhi sektor pertanian.
“Secara statistik sebenarnya produksi tidak terlalu terpengaruh karhutla, karena sebenarnya kita memiliki dua jenis tanaman padi yaitu yang ditanam berdasarkan musim dan juga yang ditanam di rawa,” jelasnya.