Bisnis.com, PEKANBARU -- Kementerian Luar Negeri melalui Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Institut Pertanian Bogor (IPB), Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI), dan Kementerian Keuangan membawa 36 peserta dari 17 perwakilan negara di dunia untuk belajar tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan ke Provinsi Riau.
17 Negara tersebut diantaranya Argentina, Brazil, Bolivia, Ekuador, Ghana, Dominika Republik, Guatemala, Kolombia, Malaysia, Meksiko, Nigeria, Pantai Gading, Papua Nugini, Paraguay, Thailand, Peru, dan St. Lucia.
Staf Ahli Bidang Polhukam Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Adam Mulawarman Tugio menjelaskan kegiatan ini adalah yang pertama kalinya digelar.
Selanjutnya akan ada fokus ke 6 komoditas lainnya yang juga menjadi sorotan di internasional dan menjadi kebijakan beberapa negara yang mengarah ke non-teritorial. Seperti kopi, kayu dan lainnya.
"Peserta delegasi yang diundang adalah para pelaku eksportir komoditas dari negaranya masing-masing yang sehaluan dengan Provinsi Riau, maksudnya negara yang juga berpotensi menghasilkan kelapa sawit," ungkapnya.
Menurutnya, kegiatan langsung melihat proses manajemen perkebunan sawit milik rakyat dan perusahaan di Riau ini dilakukan setelah pembelajaran di kelas Institut Pertanian Bogor (IPB) selama seminggu.
Baca Juga
Dia mengakui kegiatan ini penting untuk menjawab isu internasional yang membatasi ekspor sawit dari Indonesia, dimana isunya menyebutkan perkebunan sawit di Indonesia tidak menerapkan sistem berkelanjutan.
Pihaknya memilih berkunjung ke Riau, karena Riau memiliki potensi perkebunan sawit yang lumayan besar di Indonesia. Dimana bisnis sawit di Riau dikelola masyarakat, perusahaan dan negara.
Usai belajar dikelas, peserta delegasi diajak mengunjungi dua kebun kelapa sawit di Kabupaten Siak, pertama yaitu yang dikelola perusahaan PT Kimia Tirta Utama (KTU) anak usaha dari PT Astra Agro Lestari yang berada di Koto Gasip, Siak.
Direktur Operasional Area Riau PT Agro Astra Lestari Endro Prastowo berterima kasih sudah menjadikan PT KTU sebagai tolak ukur pengelolaan perkebunan sawit yang berkelanjutan.
"Kami harap setelah kunjungan ke PT KTU, bisa dijadikan patokan dan acuan dalam manajemen bisnis perkebunan sawit yang menerapkan sistem berkelanjutan di negara masing-masing," ujarnya.
Kedua, delegasi juga mengunjungi perkebunan sawit yang dikelola Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Manunggal Sakti di Kecamatan Dayun.
Penghulu Kampung Sialang Sakti Thoha Nasrudin berterima kasih dan sekaligus bangga karena daerahnya telah dijadikan tempat belajar pengelolan kebun sawit. "Bisa dikatakan total petani sawit di Kabupaten Siak 70 persen dan 100 persen di Kecataman Dayun," terangnya.
Kepala Dinas Pertanian Siak Irwan Syahputra mengatakan Gapoktan Manunggal Sakti sudah mendapatkan Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), sehingga kebun sawit ini sudah menerapkan aspek-aspek pembangunan berkelanjutan. Pada 2018 dan 2019 lalu juga sudah melakukan replanting di kebun Gapoktan.
"Kami berharap juga, apabila ada aspek-aspek yang lebih efektif diterapkan di setiap negara asal peserta delegasi 17 negara yang hadir, silahkan disampaikan ke petani-petani sawitnya untuk dijadikan pembelajaran ke depannya sehingga bisa menerapkan perkebunan yang berkelanjutan," jelasnya.
Ketua Gapoktan Manunggal Sakti Plantation Budi Santoso menyampaikan peran petani sawit sangat penting dalam mewujudkan sawit berkelanjutan melalui sertifikasi ISPO.
Dia juga menerangkan Gapoktan untuk saat ini sudah memiliki mobil angkutan, dan petaninya juga sudah punya gaji tetap.
"Gapoktan saat ini sudah bisa menjalan perkebunan yang berkelanjutan, selamatkan banyak hidup masyarakat di sini," tuturnya.
Lucas Nardy de Vasconcelos Leitao partisipan dari Kementerian Luar Negeri Brazil mengatakan ilmu yang dia dapatkan selama capacity building langsung di kebun sawit Gapoktan Manunggal Sakti Plantation dan PT Kimia Tirta Utama, sangat penting untuk dia bagikan di negaranya yang juga punya potensi sawit.
"Kunjungan ke kedua kebun sawit di Riau ini sangat bagus, karena dari sini bisa menjadi bahan perbandingan dan evaluasi kebun sawit di negara saya. Terimakasih sudah mengajak saya ke sini," pungkasnya.