Bisnis.com, PALEMBANG – Blackout atau mati lampu di Pulau Sumatra akibat gangguan kerusakan saluran udara tegangan tinggi (Sutet) 275 Kv Lubuk Linggau-Lahat menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap masyarakat, utamanya bagi para pelaku usaha.
Ketua Kamar Dagang Indonesia Provinsi Sumatra Selatan (Kadin Sumsel) Affandi Udji memperkirakan nilai kerugian di Sumsel akibat blackout selama berjam-jam tersebut dapat menembus angka triliunan rupiah.
Hal itu lantaran gangguan listrik berdampak hampir ke seluruh sektor, termasuk semua jenis usaha mulai dari pabrik besar, industri, sampai yang kecil seperti warnet, penjual ikan, serta percetakan.
“Kerugian bisa sampai (triliunan rupiah), karena produksi mulai dari pabrik, industri tentu memanfaatkan listrik,” katanya saat dikonfirmasi, Kamis (6/6/2024).
Seperti di SPBU, kata dia, blackout dapat mempengaruhi operasional pengisian BBM yang juga berpotensi menyebabkan kerugian waktu bagi para kendaraan pengangkut logistik.
“Ini juga berimbas ke dunia pendidikan, terlebih saat ini seluruh satuan pendidikan tengah memasuki masa ujian,” imbuh Affandi.
Baca Juga
Oleh karena itu, pihaknya berharap PLN yang memiliki sistem pembayaran cukup ketat, dapat bersikap profesional saat terjadi gangguan yang menyebabkan kerugian untuk masyarakat selaku pelanggan.
Misalnya, kata dia, kompensasi berupa pemunduran waktu pembayaran dari tanggal yang ditetapkan, atau memberikan diskon tarif listrik.
“Kita juga akan membuka posko pengaduan khusus bagi industri dan pelaku usaha yang terdampak, untuk nanti usulannya disampaikan ke pihak PLN,” jelasnya.
Senada, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel, Sumarjono Saragih mengungkapkan listrik telah menjadi ‘nyawa’ bagi aktivitas masyarakat termasuk dunia usaha.
Namun, ketika terjadi gangguan hingga berimbas ke pemadaman, pihak yang kemungkinan mengalami kerugian lebih besar adalah pelaku usaha. Hal itu karena berdampak kepada bisnis yang terkendala, sementara kewajiban (membayar listrik) tetap berjalan.
“Misalnya omset satu hari biasanya satu juta, lalu mati lampu dan produksi terganggu menyebabkan pendapatan berkurang satu juta. Tetapi karyawan tetap harus digaji,” jelasnya.
Kendati demikian, Sumarjono mengakui belum dapat memastikan nilai kerugian yang timbul akibat gangguan tersebut.
“Saya belum bisa memastikan, karena yang terkena dampak ini perlu ditelusuri. Intinya kerugian itu pasti,” pungkasnya.