Bisnis.com, MEDAN — Kantor Otoritas Jasa Keuangan Sumatra Utara (Sumut) bersama Bursa Efek Indonesia Sumut mengidentifikasi ada 10 perusahaan potensial yang akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Sumut dalam 4 (empat) tahun ke depan.
Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Sumut Wan Nuzul Fachri mengatakan peningkatan jumlah emiten saham khususnya di daerah akan berdampak terhadap lingkungan investasi.
"[Jadi] lebih dinamis dan beragam, memberikan peluang bagi investor lokal dan nasional untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara," kata Nuzul dalam keterangan resmi, Selasa (23/4/2024).
Nuzul mengatakan perusahaan yang melakukan IPO memiliki dampak positif yang luas, termasuk dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru, peningkatan pendapatan pajak, serta dorongan terhadap ekosistem bisnis lokal.
Hanya saja OJK maupun BEI tidak mengungkap sektor-sektor yang digarap oleh calon emiten potensial itu.
Adapun saat ini modal yang terkumpul melalui emisi di pasar modal oleh perusahaan yang berbasis di Sumut jumlahnya mencapai Rp4,67 triliun.
Baca Juga
Pengumpulan modal itu, kata Nuzul, melibatkan 11 perusahaan yang melaksanakan penawaran umum perdana (IPO), 1 perusahaan yang menerbitkan obligasi, serta 5 entitas usaha yang menjadi penerbit dalam skema pendanaan kolektif (securities crowdfunding/SCF).
Dari sisi perkembangan investor di pasar modal, Nuzul mengatakan ada pergerakan signifikan dari segi akses keuangan yang sejalan dengan kemajuan teknologi dan penyediaan informasi keuangan.
Hingga Februari 2023, terdapat total 571.641 single investor identification (SID) atau akun investor yang tercatat di Sumatra Utara, tumbuh 17,41% (year-on-year/yoy).
"Dalam konteks instrumen investasi, reksadana menjadi pilihan yang dominan dengan jumlah investor terbanyak, mencapai 537.575 dan bertumbuh tertinggi dibanding instrumen lainnya yaitu sebesar 18,16% yoy," jelas Nuzul.
Namun demikian, jumlah saham yang dimiliki oleh investor (kepemilikan saham) di Sumatra Utara mengalami kontraksi 34,92% secara yoy.
Ia mengatakan, berdasarkan jenisnya kepemilikan saham dari investor perorangan melanjutkan tren peningkatan yakni sebesar 16,58% yoy. Penurunan justru tampak pada investor perusahaan. Investor berjenis institusi/perusahaan cenderung melepas kepemilikan saham mereka. Hal itu umumnya dilakukan untuk penambahan modal, diversifikasi portofolio, atau memberikan likuiditas pada pemegang saham.
"Kegiatan perdagangan saham oleh investor di Sumatra Utara pada Februari 2024 cenderung termoderasi, terlihat dari besarnya total nilai transaksi jual dan beli saham yang mencapai Rp6,19 triliun. Secara kumulatif (Januari-Februari 2024), akumulasi nilai transaksi saham tercatat sebesar Rp13,56 triliun, dengan rata-rata bulanan mencapai Rp6,78 triliun," terangnya. (K68)