Bisnis.com, PADANG - Dinas Pangan Provinsi Sumatra Barat mengklaim ketersediaan pangan di wilayah itu masih aman kendati dilanda bencana alam yang di sejumlah kabupaten dan kota.
Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumbar Syaiful Bahri mengatakan bencana alam yang melanda hingga wilayah Sumbar Maret 2024 ini secara umum ketersediaan pangan masih aman, baik itu cabai merah, bawang merah, hingga beras, dan komoditas lainnya.
"Memang memasuki awal tahun 2024 ini, Gubernur Sumbar telah menyampaikan bahwa Sumbar harus waspada terhadap kondisi cuaca yang berdampak kepada bencana alam. Kami telah melakukan sejumlah upaya untuk hal itu," katanya, Senin (18/3/2024).
Dia menyebutkan sesuai arahan dari gubernur bahwa setiap kebijakan yang akan diambil terkait pangan atau pertanian mengikuti prakiraan dari BMKG. Artinya data-data dari BMKG terkait cuaca menjadi acuan utama bagi daerah.
"Jadi kami kini memakai data BMKG, terkait kapan hujan, musim panas, dan dampak terjadi nelayan, termasuk soal pangan," ujarnya.
Syaiful menjelaskan untuk memastikan kondisi ketersediaan pangan, Dinas Pangan bersama Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar telah berkoordinasi untuk mengambil langkah-langkah strategis agar pangan tetap aman.
Baca Juga
Langkah-langkah yang dimaksud yakni memperluas lahan pertanian, baik itu untuk sawah hingga cabai merah. Untuk cabai merah, saat ini lahan disiapkan di Kabupaten Solok, dan padi merata ke kabupaten dan kota lainnya.
"Soal rinci berapa lahan ditambah, ada di Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar ya," sebut dia.
Dia mengaku bahwa kondisi bencana alam di Sumbar, mulai dari gunung marapi hingga banjir dan longsor telah memberikan dampak kepada pertanian.
Namun melihat dari sisi kebutuhan dalam daerah dibandingkan produksi per bulannya itu, untuk Sumbar masih surplus. Seperti halnya beras, tercatat surplus 20 ribu ton per bulannya.
"Jumlah penduduk Sumbar ini kan 5 juta orang, jadi yang konsumsi beras Sumbar ini tidak hanya orang Sumbar yang ada di Sumbar, tapi orang Sumbar yang ada di perantauan juga masih membeli beras dari Sumbar," jelasnya.
Sehingga dapat dikatakan 20 ribu ton beras yang surplus per bulannya itu dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, yang pembelinya sebagian besar perantau Minang.
Dengan kondisi yang demikian, Syaiful mengklaim sejauh ini bencana alam yang terjadi pada Maret 2024 ini belum mempengaruhi kondisi ketersediaan pangan di Sumbar.
"Karena Bulog juga turut memiliki stok beras yang selalu siap didistribusikan. Artinya khusus untuk beras aman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," tutupnya.