Bisnis.com, PEKANBARU -- Selama ini usaha peternakan kerap dilanda masalah, yang membuatnya tidak dapat bertahan dalam jangka panjang. Namun hal itu berhasil dipecahkan Kelompok Tani Mutiara Indah di Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, sehingga bisa menghasilkan pundi-pundi ratusan juta rupiah setiap bulannya.
Poktan Mutiara Indah merupakan bagian dari Gapoktan Mutiara Siak, terdiri dari 7 poktan yang tersebar di 5 kecamatan, yakni Siak, Dayun, Kerinci Kanan, Tualang, dan Kandis.
Ketua Poktan Mutiara Indah, Alex Sapirman mengakui usaha ternak sapinya di Siak telah dimulai sejak 15 tahun silam. Daerah itu menurutnya punya potensi peternakan karena memang rumputnya bagus, dan belum banyak orang yang menjalankan usaha itu. Dengan berbekal modal patungan bersama rekannya sebesar Rp13 juta, dirinya membeli 3 ekor sapi.
"Dari 3 ekor sapi diawal peternakan ini terus dikembangkan dengan sistem jual beli, sampailah di 2016 kami mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat berupa Program Nasional Pembibitan Sapi Brahman Cross, sebanyak 25 ekor sapi," ungkapnya, Kamis (30/11/2023).
Karena bantuan sapi sebanyak itu, pihaknya mendapatkan pendampingan, bantuan sarana prasarana, dan berbagai pelatihan dari Bank Indonesia.
Keterlibatan Bank Indonesia di pendampingan kepada poktan ini, dilaksanakan melalui Program Pengembangan Klaster Pangan untuk mendorong stabilitas harga pangan di Indonesia.
Baca Juga
Bantuan yang didapatkan diantaranya adalah mesin pencacah bahan pakan, kemudian pelatihan bagaimana membuat pakan bergizi, serta mengolah hasil limbah kotoran padat dan cairnya menjadi pupuk organik atau super bokashi.
Lewat pendampingan ini, dirinya mengakui mendapatkan bekal ilmu yang paling bermanfaat dalam usaha peternakan yakni Integrated Farming System atau sistem peternakan terintegrasi. Secara mudahnya Alex menyebut sistem ternak yang dijalankannya itu dengan penerapan 3 pola.
Pola dimaksud yaitu peternakan dengan hitungan keuntungan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Untuk jangka pendek atau harian, ternak sapi mendatangkan untung dari limbah kotoran yang diubah menjadi pupuk organik.
Kemudian pola jangka menengah, ternak sapi bisa mendatangkan untung lewat penggemukan anakan yang kemudian bisa dijual. Terakhir dalam jangka panjang, ternak sapi dijual untuk diambil dagingnya serta untuk momen ibadah kurban yang dilakukan tiap tahun.
"Ini 3 poin penting dalam beternak sapi, kalau ini berjalan semua tidak akan ada lagi peternak yang rugi dan hanya dapat capeknya aja," ungkapnya.
Alex merincikan omzet yang didapatkan setiap bulan bisa mencapai ratusan juta hanya dari mengolah limbah kotoran sapi dan dijual sebagai pupuk organik. Saat ini setiap bulan dirinya bisa membuat pupuk hingga 50-100 ton, dan dijual Rp2.000 per kg.
Memang bila berharap dari menjual sapi atau dagingnya saja, untung yang didapatkan tidak akan sebesar saat ini. Karena itulah kini Alex lebih fokus dalam mengembangkan usaha pupuk organik dari limbah kotoran ini, dibandingkan menjual sapi yang menjadi sumber penghasilannya.
Menurutnya usaha yang dijalan itu terus berkembang dan mencatat kenaikan omzet sekitar 20% setiap tahun. Meningkatkan penjualan itu didapatkannya dari berbagai kegiatan pelatihan dan business matching yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dengan berbagai mitra UMKM lainnya.
Dia menyebut saat ini memasok pupuk organik untuk berbagai kelompok tani dan pengusaha sawit yang ada di Riau. Termasuk kepada petani binaan Bank Indonesia yaitu Gapoktan Cagar yang menanam cabai.
"Jadi untuk pupuk ini permintaan sudah sangat tinggi. Kalau ada pesanan dalam jumlah besar itu harus indent dulu, setelah ada pasokan baru kami kirimkan," ungkapnya.
Berkat berbagai strategi dalam mengelola usaha peternakan itu, Poktan Mutiara Indah pernah mengangkat nama Gapoktan Mutiara Siak di kancah nasional, sebagai penerima Bank Indonesia Award, Klaster Ketahanan Pangan pada 2020 lalu.
Alex berharap dukungan BI terus berlanjut, dan berbagai program pelatihan dan pembinaan, serta kerjasama antara UMKM bisa terus ditingkatkan. Sehingga usaha ternak yang ada di daerah itu terus tumbuh dan tentunya menjaga ketahanan pangan di Bumi Lancang Kuning.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur mengatakan keberhasilan Poktan Mutiara Indah serta Gapoktan Mutiara Siak, tidak bisa lepas dari Konsep Integrated Farming Sistem atau Sistem Pertanian Terpadu.
Sistem ini menggabungkan beberapa subsektor pertanian seperti Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan yang saling berhubungan sehingga terbentuknya value chain antar subsektor.
"Konsep ini yang disebut sebagai value chain dimana limbah kelapa sawit yang banyak di perkebunan berupa pelepahnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak dengan cara dicacah," ungkapnya.
Kemudian dari proses penggemukan ternak, adanya limbah kotoran yang dihasilkan itu kemudian dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang kemudian diputar lagi sebagai penyubur berbagai tanaman pertanian dan perkebunan, termasuk pupuk untuk sawit.
Ditambah lagi urin yang dihasilkan ternak sapi, bisa diolah lagi dengan cara difermentasikan dan dimanfaatkan menjadi pakan untuk kolam ikan dan juga pupuk cair di kebun sayur.
"Kami harap sistem integrated farming system ini dapat diduplikasi dan diterapkan di usaha peternakan yang ada di Riau, sehingga manfaat yang dirasakan petani menjadi lebih besar serta ketahanan pangan bakal semakin kuat kedepannya," pungkasnya.