Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Langkah Awal Medan Menapaki Medical Tourism

Menurut Wahyu, (masih) banyaknya masyarakat Sumut yang berobat keluar negeri karena ada beberapa pertimbangan pula.
Rumah Sakit Columbia Asia Medan
Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Bisnis.com, MEDAN - Tidak jarang kita mendengar celetukan seperti, jika ingin pengobatan bagus, ke luar negeri saja. Kalimat itu bahkan mungkin kita dengar dari orang-orang terdekat kita. Tidak dapat dipungkiri, stigma masyarakat akan pelayanan kesehatan di dalam negeri masih kental. 

Pengamat Ekonomi Universitas Sumatra Utara (USU) Wahyu Ario Pratomo menjelaskan bahwa  Presiden RI Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa sebanyak 2 juta masyarakat Indonesia masih memilih untuk berobat ke luar negeri dan akibatnya, hal realita tersebut menguras devisa Indonesia sampai Rp165 triliun. 

Provinsi Sumatra Utara (Sumut), dengan geografisnya yang bersinggungan dengan negeri jiran Malaysia dan tak jauh pula dari Singapura,  membuat kebiasaan berobat ke luar negeri menjadi seperti budaya tersendiri.

Padahal, dengan potensi layanan kesahatan, baik dari sisi fasilitas, tenaga medis berkompetensi, serta destinasi wisata yang bahkan salah satunya menjadi destinasi wisata super prioritas, Danau Toba, menjadikan Kota Medan, sangat mumpuni sebagai lokasi wisata medis.

Menurut Wahyu, (masih) banyaknya masyarakat Sumut yang berobat keluar negeri karena ada beberapa pertimbangan pula. Pertama, masalah kesehatan adalah masalah layanan. Orang yang berobat itu perlu layanan yang baik (hospitality). 

"Sebenarnya skill dokter Indonesia tidak kalah dengan dokter luar negeri. Hanya saja, dari sisi peralatan medis masih tertinggal dari luar negeri. Hal tersebut dikarenakan investasi peralatan medis yang bagus, lengkap dan terkini memerlukan biaya yang besar," ujar Wahyu, Rabu (31/5/2023).

Adapun jika ada rumah sakit yang lengkap, sambungnya, biayanya juga sangat tinggi dan relatif lebih mahal. 

Kedua adalah layanan perawat, di luar negeri perawat lebih cekatan dan pelayanannya mudah dan cepat. Ketiga, tempat menunggu pasien lebih baik dan nyaman.

Terakhir yang keempat, biaya berobat dengan pelayanan yang sama yang diterima sama pasien, relatif lebih murah, walaupun jika dihitung dengan biaya transportasi, akomodasi dan entertainment, sebenarnya lebih mahal di luar ngeri. 

"Hanya saja, konsumen biasanya tidak menghitung biaya-biaya tersebut, dan hanya membandingkan biaya berobatnya saja. Dengan berobat ke luar negeri, konsumen merasa mendapat dua hal sekaligus, yaitu berobat dan berwisata. Itulah mengapa masyarakat Indonesia sering berobat ke Malaysia atau Singapura," cetus Wahyu. 

Lalu bagaimana mengimplementasikan tersebut di Sumut? Wahyu menyebut rumah sakit besar terletak di Kota Medan, dan bagaimana kesiapan Kota Medan dalam menyiapkan medical tourism untuk memberikan layanan bagi masyarakat luar yang datang ke Medan untuk berobat dan juga berwisata di Kota Medan.

Untuk menciptakan ekosistem Kota Medan sebagai lokasi wisata medis, Ketua Medan Medical Tourism (MMT) Board dr. Destanul Aulia, mengatakan sudah ada 7 rumah sakit  tipe A dan tipe B yang mendapat sertifikasi dari Kementerian Kesehatan RI dan 5 rumah sakit tambahan rekomendasi MMT Board, yang dianggap layak sebagai bagian dari rumah sakit yang berpartisipasi dalam wisata medis. 

Rumah sakit yang terdata adalah Rumah Sakit  Adam Malik, Rumah Sakit Columbia Asia Medan, Rumah Sakit Murni Teguh, Rumah Sakit Putri Hijau, Rumah Sakit Royal Prima, Sumatera Eye Center, Rumah Sakit Stella Maris, Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, Rumah Sakit Mitra Media Premier, dan Rumah Sakit Permata Bunda.

Dari beberapa program yang telah diajalankannya, salah satunya adalah dengan rutin mengikuti webinar internasional. Menurutnya, hal kni dilakukan karena masyarakat internasional juga ingin tahu apa yang menjadi keunggulan rumah sakit di Kota Medan. 

"Kami sering katakan bahwa Sumatera Utara itu punya potensi pariwisata. Punya Danau Toba dan Berastagi. Kedua destinasi yang menjadi destinasi super prioritas  tersebut akan menjadi daya tarik yang akan kita kombinasikan dengan wisata medis. Nah itu promosi yang kami lakukan," jelasnya.

Jadi, sambung Destanul, adalah dengan mempromosikan bagaimana orang luar negeri datang ke Sumut dengan menikmati Danau Toba, kemudian juga mendapatkan fasilitas kesehatan dengan layanan unggulannya. 

Seluruh rumah sakit wisata medis yang berjumlah 12 tersebut memiliki medical check up yang spesifik untuk keunggulannya masing-masing. 

Rumah Sakit Adam Malik dengan layanan jantungnya, Rumah Sakit dr. Pirngadi dengan layanan gigi, Rumah Sakit Siloam dengan keunggulan spesialis mata, sama juga dengan Sumatera Eye Center. 

Kemudian Rumah Sakit Columbia Asia dengan spesialisasi kardiovaskular, Rumah Sakit Murni Teguh dengan keunggulan onkologi, Rumah Sakit Putri Hijau dengan keunggulan di bedah saraf, Rumah Sakit Royal Prima dengan keunggulan ortopedi, dan Rumah Sakit Stella Maris dengan spesialisasi bayi tabung.

"Nah jadi keunggulan-keunggulan ini yang akan kita promosikan. Harga rumah sakit unggulan itu telah kita tetapkan. Sehingga kalau sudah harga yang tetap, akan mudah bekerja sama dengan pihak travel agen," ucapnya.

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada 17 Maret 2023, Destanul mengatakan pihaknya telah mengadakan dialog dan business matching Medan Medical Tourism. Hasilnya, didapatlah 12 rumah sakit wisata medis dengan 60 travel agent yang akan turut membantu program wisata medis Kota Medan

Karena syarat menjadi rumah sakit wisata medis adalah harus ada kerja sama dengan travel agent yang mempunyai pemandu wisata medis. Sehingga travel agent inilah yang akan melakukan promosi, dan membantu wisatawan yang ingin ke rumah sakit di Kota Medan dengan keunggulan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan yang dipandunya. 

Selain program medical tourism, MMT board juga diketahui tengah mengembangkan wellness tourism. Dengan program ini, rumah sakit-rumah sakit di Kota Medan akan didukung untuk mengembangkan kerja sama dengan pihak resort, spa, dan lahanan lainnya yang bisa menciptakan ekosistem wellness tersebut.

Pada kesempatan yang berbeda, General Manager Rumah Sakit Columbia Asia Deny Hidayat mengatakan medical tourism merupakan sebuah cita-cita yang dibangun di atas komponen-komponen yang melibatkan banyak hal. 

Misalnya infrastruktur, ketertiban kota, kebersihan, menjadi poin-poin yang seharusnya menjadi perhatian agar menciptakan kenyamanan bagi wisatawan medical tourism.

Ia menjelaskan bahwa hingga saat ini Rumah Sakit Columbia Asia mengajukan 2 program unggulannya sebagai salah satu rumah sakit yang ikut serta dalam medical tourism, yaitu kardiologi center dan ortopedic center.

Deny berpendapat bahwa untuk berhasil menciptakan Medan Medical Tourism, seluruh rumah sakit harus bekerja sama dalam memberikan exposure baik kepada masyarakat luar negeri maupjn dalam negeri. Karena jika hanya berjalan sendiri-sendiri, menurutnya hal itu kurang efektif.

Terlebih dalam hal promosi ini menurutnya pemerimtah juga harus turun tangan agar hasil yang didapat juga lebih maksimal. 

"Jadi harusnya kita (seluruh rumah sakit di Kota Medan) pegangan tangan, untuk mengekspos diri bersama-sama. Yang namanya tourism, tidak boleh ada berkompetisi. Harus on the same page. Jadi kita itu harus bersama-sama memunculkan apa kehebatannya rumah sakit A, rumah sakit B, rumah sakit C. Kita punya tugas untuk mengedukasi masyarakat tentang ini. Agar masyarakat tidak dibutakan oleh informasi," ujar Deny.

Sebagai rumah sakit spesialisasi onkologi dan kaediovaskulsr di program Medan Medical Tourism, Presiden Direktur RS Murni Teguh Mutiara mengatakan sebenarnya pengobatan di seluruh dunia programnya sama dengan 2 kiblat. Eropa atau Amerika. 

"Makanya kita memasukkan alat-alat canggih itu tujuannya adalah untuk bisa bersaing dengan luar negeri. Jadi alat kita tidak kalah dari Singapura ataupun Malaysia. Malah ada sebagian yang kita lebih baik lagi. 

Sehingga menurutnya hal itu  cukup menjadi alasan bagi masyarakat Indonesia untuk berobat di Indonesia. Ia pun menegaskan bahwa pengobatan kanker di Indonesia saat ini sudah sangat maju. 

"Sebenarnya kami juga banyak melakukan kegiatan marketing, seperti memberikan edukasi ataupun sosialisasi kepada masyarakat melalui komunitas-komunitas lintas keagamaan, dengan organisasi sosial lainnya, dan bahkan ke perusahaan-perusahaan. Kita memberikan informasi memgenai apa saja yang bisa dilakukan oleh rumah sakit di Kota Medan. 

Hal yang belum bisa dilakukan rumah sakit Medan, sambungnya, adalah seperti yang dilakukan rumah sakit asal Pinang, Malaysia. Banyak tim marketing rumah sakit-rumah sakit Pinang di Indonesia.

"Itu mungkin hal yang belum kita sanggup (lakukan) ya. Saya rasa itu sangat penting. Di daerah-daerah juga ada tim dari Medical Tourism, sehingga informasi bisa sampai ke daerah menjadi duta-duta," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper