Bisnis.com, PADANG - Pj Bupati Mentawai Martinus Dahlan menyampaikan gempa bumi yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, bermagnitudo 6,4, pada Senin (29/8) siang tadi, telah menimbulkan kepanikan warga, serta adanya sejumlah bangunan yang rusak.
Bupati melaporkan dari data yang diterimanya dari Kepala Desa Simalegi, terdapat 494 KK yang mengungsi ke perbukitan akibat gempa tersebut. Hal ini dikarenakan guncangan gempa terasa cukup kuat.
"Di Desa Simalegi ini ada 7 dusun, yakni Saboilogkat, Sute'uleu, Muara Selatan, Muara Utara, Bataet Utara, Bataet Selatan, dan Sakalahat. Totalnya ada 494 KK atau 2.326 jiwa yang mengungsi," katanya kepada Bisnis ketika dihubungi dari Padang, Senin (29/8/2022).
Evakuasi yang dilakukan warga itu karena khawatir bakal terjadi tsunami. Padahal BMKG telah menyatakan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi terjadi tsunami.
Martinus menegaskan untuk kondisi terbaru di Mentawai, sampai sore saat ini sudah kondusif, dan tidak ada lagi dirasakan adanya gempa susulan.
"Daerah yang merasakan dampak gempa di Mentawai hampir semua kecamatan merasakan yaitu 10 kecamatan. Tapi untuk di Simalegi, Kecamatan Siberut Barat yang merupakan tempat lokasi pusat gempa, memang terasa begitu kuat," ujarnya.
Baca Juga
Meski tidak korban jiwa, Bupati menyatakan ada beberapa bangunan yang rusak akibat gempa tersebut, diantaranya fasilitas umum seperti SMPN 03 Simalegi, Puskesmas Betaet, dan 1 unit rumah ibadah Gereja Katolik Santo Petrus yang berada di Dusun Simalibbeg, Desa Dimatalu, Kecamatan Siberut Barat.
"Langkah-langkah yang diambil oleh Pemda Mentawai terkait gempa, diantaranya menyiapkan tenda untuk pengungsi dan dapur umum," jelasnya.
Untuk itu, Martinus menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada, tenang dan tidak panik terhadap isu isu yang tidak bertanggung jawab.
Menyikapi situasi ini, Bupati menegaskan koordinasi dengan BMKG melalui BPBD Kabupaten Kepulauan secara intens dilakukan.
Sebelumnya, Plt. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,1.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,99° LS ; 98,53° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 12 Km arah Barat Laut Siberut Barat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada kedalaman 24 km.
"Gempa bumi ini merupakan kelanjutan aktivitas gempa yang terjadi sebelumnya pada pukul 00.04 WIB dengan magnitudo 4,9 dan pukul 05.34 WIB dengan magnitudo 5,8," katanya dalam keterangan tertulis.
Dia menyebutkan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng segmen Megathrust Mentawai-Siberut.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Siberut dengan skala intensitas V-VI MMI (getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar), daerah Tuapejat dan Painan dengan skala intensitas III-IV MMI (bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), daerah Padang dengan skala intensitas III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah).
Sementara untuk daerah Padang Panjang, Bukittinggi, Kabupaten Solok dan Solok Selatan dengan skala intensitas II - III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
"Gempabumi ini menimbulkan kerusakan ringan di wilayah Siberut Utara dan Siberut Barat. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi terjadi tsunami," tutupnya.(k56)