Bisnis.com, MEDAN — Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I memantau harga produk tepung terigu yang beredar di Kota Medan, Sumatra Utara karena harga komoditas ini melambung siginifikan sejak beberapa waktu lalu.
Kepala KPPU Kantor Wilayah I Ridho Pamungkas, mengatakan penyebab kenaikan harga tepung terigu tak lepas dari dampak situasi geopolitik dunia. Selama ini, Rusia dan Ukraina menjadi negara produsen gandum terbesar dunia. Gandum sendiri diketahui merupakan bahan baku pembuatan tepung terigu.
Di sisi lain, kebijakan global pada masa pandemi juga menyebabkan banyak negara melakukan pembatasan ekspor. Dua faktor inilah yang diduga menjadi penyebab utama kebijakan harga produk tepung terigu dalam negeri
"Sementara sebagian besar kebutuhan terigu nasional masih bergantung pada impor," ujar Ridho, Minggu (31/7/2022).
Berdasar penelusuran KPPU di sejumlah pasar Kota Medan, diketahui harga tepung terigu rata-rata mengalami peningkatan 11 - 15 persen sejak Lebaran Idulfitri 1443 Hijriah. Kenaikannya terjadi secara bertahap sebanyak sekitar 10 kali, mulai dari Rp4.000 - Rp6.000 per zak.
Tepung terigu merek Segitiga Biru kemasan 25 kilogram misalnya. Pada April 2022 lalu, harganya masih Rp224.000 per zak. Namun kini sudah menjadi Rp256.800 atau naik 14,64 persen.
Baca Juga
Tepung terigu umumnya digunakan sebagai bahan baku produksi berbagai jenis makanan. Seperti roti dan mi. Di Indonesia, penggunaan tepung terigu didominasi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Persentasenya mencapai 70 persen.
Soal kenaikan harga roti dan mi akibat lonjakan harga gandum dunia sebelumnya juga telah diingatkan oleh Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi saat menghadiri acara di Lapangan Merdeka Kota Medan pada Kamis (7/7/2022) lalu.
"Hati-hati yang namanya komoditas pangan dunia, ini naik semuanya. Utamanya gandum. Kita juga impor gandum besar sekali, 11 juta ton impor gandum kita," kata Jokowi saat menghadiri acara Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional Ke-29.
Selain berpengaruh terhadap harga minyak mentah dan gas dunia, perang Rusia - Ukraina juga turut melambungkan harga gandum. Jokowi mengatakan, sekitar 30 - 40 persen produksi gandum dunia hampir berasal dari Rusia, Ukraina dan Belarusia. Sedangkan suasana geopolitik di negara-negara tersebut saat ini sedang panas.
"Ini hati hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi, bisa harganya naik. Karena apa, karena ada perang di Ukraina," ujarnya.