Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penduduk Miskin Sumut 1,27 Juta Jiwa pada Maret 2022, Berkurang 4,88 Ribu Orang

Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebanyak 4,88 ribu jiwa atau berkurang 0,07 poin kurun satu semester terakhir.
Sejumlah anak bermain di depan rumahnya di kawasan Kebun Melati, Jakarta, Kamis (23/6/2022). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Sejumlah anak bermain di depan rumahnya di kawasan Kebun Melati, Jakarta, Kamis (23/6/2022). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, MEDAN - Persentase penduduk miskin di Sumatra Utara tercatat sebesar 8,42 persen atau setara dengan 1,27 juta jiwa pada Maret 2022.

Jumlahnya mengalami penurunan sebanyak 4,88 ribu jiwa atau berkurang 0,07 poin kurun satu semester terakhir.

"Angka kemiskinan kita tercatat sebesar 8,42 persen, artinya kemiskinan di Sumatra Utara ini mengalami penurunan 0,07 poin," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara Nurul Hasanudin, Jumat (15/7/2022).

Berdasar catatan BPS, persentase penduduk miskin Sumatra Utara mengalami fluktuasi meski secara umum cenderung menurun kurun Maret 2015 - Maret 2022.

Pada periode tersebut, terjadi dua kali gelombang peningkatan angka penduduk miskin di Sumatra Utara. Yang pertama terjadi pada periode Maret 2015 - September 2015. Yakni dari 1,46 juta jiwa menjadi 1,50 juta jiwa. Sedangkan fase peningkatan kedua terjadi pada periode September 2019 - September 2020.

Menurut Nurul, gelombang peningkatan fase pertama yang terjadi pada 2015 lalu satu di antaranya dipicu oleh kebaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kala itu. Sedangkan fase kedua pada 2019 merupakan dampak dari pandemi Covid-19.

"Secara umum kalau kita lihat trennya, pada Maret 2011 sampai Maret 2022 secara linear cenderung menurun, meskipun terjadi fluktuasi dalam jumlah maupun persentasenya," kata Nurul.

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan Sumatra Utara tercatat sebesar 8,76 persen pada Maret 2022. Sedangkan persentase di daerah pedesaan sebesar 7,98 persen.

Jika dibandingkan September 2021, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami peningkatan sebesar 0,08 poin. Sedangkan jumlahnya di daerah pedesaan berkurang sebesar 0,28 poin.

"Ini ada disparitas desa-kota yang semakin besar, tentunya ini menjadi perhatian, khususnya dampak pandemi Covid-19 yang men-desrupsi lapangan pekerjaan ataupun sumber-sumber penghasilan di perkotaan itu lebih terasa," kata Nurul.

Masih berdasar data BPS, Garis Kemiskinan Sumatra Utara pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp561.004 per kapita per bulan.

Komposisinya terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp423.760 atau 75,54 persen dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp137.244 atau sekitar 24,46 persen.

Pada periode September 2021 - Maret 2022, terjadi penurunan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan maupun Indeks Keparahan Kemiskinan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2021 lalu tercatat 1,450. Angkanya turun menjadi 1,365 pada Maret 2022. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan pada September 2021 lalu tercatat 0,382 dan turun menjadi 0,343 pada Maret 2022.

Menurut Nurul, penurunan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan kecenderungan peningkatan rata-rata pengeluaran penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan.

Dengan kata lain, kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan berkurang.

Sedangkan penurunan pada Indeks Keparahan Kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin berkurang. Dengan kata lain, penyebaran pengeluaran semakin baik atau merata.

Pada Maret 2022, Gini Ratio Sumatra Utara tercatat sebesar 0,312. Angka ini menurun sebesar 0,001 poin dibanding Gini Ratio September 2021 lalu. Catatan tersebut juga menurun 0,002 poin jika dibanding Gini Ratio Maret 2021 yang sebesar 0,314.

Berdasar data BPS, Gini Ratio di daerah perkotaan tercatat sebesar 0,343 pada Maret 2022. Jumlahnya meningkat sebesar 0,004 poin dibanding Gini Ratio September 2021 yang sebesar 0,339.

Sebaliknya, Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2022 tercatat sebesar 0,249. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar turun 0,008 poin dibanding Gini Ratio September 2021 lalu yang sebesar 0,257.

Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, kata Nurul, distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2022 adalah sebesar 22,13 persen. Artinya, pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.

Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 20,62 persen. Sedangkan di daerah perdesaan tercatat sebesar 24,97 persen. Dengan kata lain, keduanya juga berada pada kategori ketimpangan rendah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper