Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Sumbar Temukan Petani yang Sengaja Produksi Gambir Dicampur Pupuk

Pemerintah Provinsi Sumatra Barat terus berupaya untuk mengangkat harga komoditas gambir dengan cara memperbaiki kualitas. Pasalnya gambir Sumbar merupakan komoditas ekspor terbesar di Indonesia.
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi saat memperlihatkan kondisi gambir yang dijemur di Nagari, Desa Galugua, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, Senin (11/7/2022). /Istimewa
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi saat memperlihatkan kondisi gambir yang dijemur di Nagari, Desa Galugua, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, Senin (11/7/2022). /Istimewa

Bisnis.com, LIMAPULUH KOTA - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat terus berupaya untuk mengangkat harga komoditas gambir dengan cara memperbaiki kualitas. Pasalnya gambir Sumbar merupakan komoditas ekspor terbesar di Indonesia.

Namun dari upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas gambir itu, ada pengakuan mengejutkan dari petani di Nagari/Desa Galugua, Kabupaten Limapuluh Kota, Djamal.

"Sebagian besar petani di Galugua ini memang sengaja mencampur gambir dengan pupuk. Supaya proses pemadatan lebih cepat," kata Djamal, saat didatangi oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi di Galugua, Senin (11/7/2022).

Ia menyebutkan untuk proses produksi, mulai dari memetik daun gambir hingga menjemurnya, diperkirakan membutuhkan waktu selama delapan hari atau lebih dari satu minggu.

Gambir yang diproduksi itu adalah gambir yang dicampur dengan pupuk. "Selama ini tidak ada masalah dengan campuran itu," sebut dia.

Mendengar pengakuan dari petani itu, Gubernur Sumbar Mahyeldi menyatakan, mencampur gambir dengan pupuk jelas membuat kualitas gambir jadi tidak bagus.

Hal tersebut, menurutnya, menjadi salah satu pemicu turunnya harga gambir. Kebiasaan itu, perlu diubah, sehingga bisa mengangkat harga gambir.

"Sebenarnya ideal harga komoditas gambir ini sekitar Rp45.000 per kilogram di tingkat petani. Tapi kenyataannya tidak seperti itu," kata Mahyeldi.

Ia menyampaikan Pemprov Sumbar sudah sering melakukan survei untuk menentukan harga yang cocok, agar petani tidak hanya letih ke ladang saja. Setidaknya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan membantu biaya sekolah anak-anak dari petani.

"Jadi biar petani untung, dan pedagang pun tidak merugi. Saya rasa ideal harganya ya Rp45.000 per kilogram," sebutnya.

Dikatakannya dari rapat yang pernah digelar di Padang, salah satu persoalan adalah harga yang fluktuatif dan cenderung rendah yakni sekitar Rp28.000 hingga Rp30.000 per kilogram, tergantung kuantitas katekinnya.

"Jadi semakin banyak katekinnya, semakin bagus, dan harganya bisa lebih mahal. Bagaimana cara mengetahui katekin itu, pedagang atau eksportir itu melakukan pemeriksaan laboratorium mereka," jelas gubernur.

Untuk itu, dia menyatakan tindakan yang dilakukan petani mencampur gambir dengan campuran lain seperti pupuk, hal tersebut menyebabkan kemurnian gambir menurun dan harga juga menurun.

"Saya dapat informasi, campuran pupuk pada gambir itu, ada permintaan dari pedagang penampung. Hal ini perlu ditelusuri juga," tegasnya. (k56)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Noli Hendra
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper