Bisnis.com, MEDAN - Nilai ekspor Sumatra Utara pada Mei 2022 turun 40,99 persen dibandingkan dengan April 2022, yaitu dari US$1,29 miliar menjadi US$761,86 juta.
Secara tahunan atau year on year (yoy), nilai ekspor Sumatra Utara pada Mei 2022 juga mengalami penurunan sebesar 16,49 persen.
"Nilai ekspor kita tercatat sebesar US$761,86 juta. Ini turun 40,99 persen dibandingkan April 2022," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara Nurul Hasanudin, Jumat (1/7/2022).
Pada Mei 2022, golongan barang yang mengalami penurunan nilai ekspor terbesar untuk Sumatra Utara adalah golongan barang lemak dan minyak hewan/nabati.
Yakni sebesar US$360,20 juta atau turun 68,76 persen. Kemudian diikuti oleh golongan barang aluminium sebesar US$37,37 juta atau turun 68,22 persen.
Sedangkan golongan barang yang mengalami kenaikan nilai ekspor pada Mei 2022 adalah golongan bahan kimia organik sebesar US$5,45 juta atau naik 6,37 persen.
Sektor industri masih mendominasi share ekspor Sumatra Utara pada Mei 2022. Perannya tercatat 94,32 persen. Sedangkan sektor pertanian berperan 5,68 persen.
"Kalau kita ingat, pada Mei 2022 itu ada kebijakan larangan ekspor CPO (Crude Palm Oil), sehingga mungkin di situ ada tekanan terkait dengan jumlah atau komoditas yang kita ekspor ke mancanegara," kata Nurul.
Berdasar catatan BPS, Tiongkok masih menjadi pangsa utama ekspor Sumatra Utara pada Mei 2022. Nilainya mencapai US$151,42 juta.
Disusul Amerika Serikat sebesar US$88,76 juta dan Jepang sebesar US$52,01 juta. Kontribusi ketiganya mencapai 38,36 persen dari total nilai ekspor Sumatra Utara.
Berdasar kelompok negaranya, ekspor ke kawasan Asia (di luar ASEAN) merupakan yang terbesar pada Mei 2022. Nilainya mencapai US$296,35 juta atau menyumbang 38,90 persen.
Jika nilai ekspor mengalami penurunan, nilai impor Sumatra Utara pada Mei 2022 justru meningkat. Nilainya sebesar US$531,63 juta atau naik 0,58 persen dibanding April 2022.
"Nilai impor kita pada Mei 2022 tercatat sebesar US$531,63 juta. Ada kenaikan impor kita sebesar 0,58 persen," ungkap Nurul.
Golongan yang mengalami peningkatan nilai impor terbesar adalah golongan bahan baku penolong, yakni berperan sebesar 82,87 persen dari total impor Mei 2022.
Sama seperti ekspor, Tiongkok juga menjadi negara pengimpor terbesar ke Sumatra Utara pada Mei 2022. Nilainya mencapai US$114,35 juta. Disusul oleh Singapura senilai US$85,29 juta dan Malaysia senilai US$71,20 juta. Kontribusi ketiganya mencapai 50,94 persen.
Berdasar kelompok negaranya, impor dari negara ASEAN menjadi yang terbesar dengan nilai US$194,90 atau 36,66 persen.
Kendati nilai ekspor turun dan impor meningkat, neraca perdagangan Sumatra Utara pada Mei 2022 tetap tercatat surplus sebesar US$230,23 juta. Walau begitu, nilainya tetap turun dibandingkan surplus pada April 2022 yakni sebesar US$762,480.
"Meskipun tadi ada tekanan yang cukup besar untuk ekspor kita, namun neraca perdagangan kita tetap surplus. Meski kalau kita lihat perbandingan antara Mei dan April itu tentu ada penurunan yang cukup signifikan," kata Nurul.
Menurut negaranya, neraca pedagangan Sumatra Utara mengalami defisit dengan Brazil, Malaysia dan Singapura. Sedangkan surplus diperoleh dari perdagangan dengan Amerika Serikat, Belanda dan Jepang.