Bisnis.com, PALEMBANG – Wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK dinilai dapat berdampak signifikan terhadap penurunan produksi daging sapi dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri), Armina Fariani, saat memberikan pidato “Strategi Peningkatan Produksi Sapi Potong di Indonesia” dalam agenda Pengukuhan Guru Besar Universitas Sriwijaya di Gedung Serbaguna Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya pada Jumat (24/6/2022).
Armina mengatakan penyebaran PMK berpotensi menekan laju produksi daging dan populasi ternak di Indonesia karena dampak yang dihasilkan cukup beragam.
“Mulai dari penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong, penurunan fertilitas, melambatnya kebuntingan, hingga kematian hewan ternak,” katanya.
Hal itu dianggap mengkhawatirkan karena perhitungan analisis self sufficiency ratio (SSR) menunjukkan bahwa kemampuan produksi daging sapi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia semakin menurun.
“Dengan alasan itu, seharusnya usaha peternakan didorong ke arah peternakan rakyat terdidik yang memiliki bekal ilmu dan wawasan yang memadai,” katanya.
Adapun nilai SSR cenderung menurun dari tahun 2016 sebesar 81,62 persen menjadi 75,17 persen di tahun 2020.
Untuk mendukung perubahan tersebut, menurut Armina, perlu sistem pemeliharaan seperti teknologi kesehatan bagi hewan ternak.
“Teknologi kesehatan hewan ini adalah pengetahuan tentang jenis-jenis penyakit yang sering menyerang, cara deteksi, hingga penanganan dan pengobatannya, contohnya vaksin PMK,” katanya.
Selain edukasi, pelatihan juga dianggap penting agar peternak bisa cepat tanggap bila terjadi perubahan musim yang berpotensi menghabiskan pasokan pakan hijauan dan menimbulkan penyakit.
“Dinas setempat juga harus selalu meningkatkan keterampilan mantri dan tenaga inseminator, serta melakukan penambahan SDM untuk posisi mantri dan inseminator,” ujarnya.
Situs Siagapmk.id mencatat, per hari Jumat (23/6/2022) pukul 10.00 WIB, virus PMK sudah menyebar ke 216 kota/kabupaten dan memicu kematian untuk 1.348 ekor ternak. Dilaporkan 237.995 ekor ternak sakit, 78.244 ternak sembuh, dan 2.263 ternak berstatus pemotongan bersyarat.
Tim Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatra Selatan juga ikut menemukan 220 kasus PMK di delapan kabupaten/kota, antara lain Kota Palembang, Lubuklinggau, Banyuasin, Lahat, Musi Rawas, Pali, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Muara Enim.
Produksi daging sapi dalam negeri dinilai Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Armina Fariani menyebutkan adanya hambatan dalam upaya peningkatan produksi daging dalam negri dikarenakan penyakit kuku dan mulut (PMK) yang telah tersebar di 15 provinsi dan 52 kabupaten kota di Indonesia.