Bisnis.com, PALEMBANG – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Selatan memasang GPS collar pada dua kelompok gajah liar di Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai upaya mitigasi konflik gajah dengan manusia di kawasan tersebut.
Kelompok gajah jenis Gajah Sumatra (elephas maximus sumatranus) itu berada di kantong habitat Sugihan—Simpang Heran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (Sumsel).
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Ujang Wisnu Barata, mengatakan kegiatan tindakan itu juga merupakan aksi konkret dalam meningkatkan upaya konservasi insitu untuk melestarikan gajah sumatera.
“Kita tahu bahwa gajah sumatera ini merupakan satwa prioritas terancam punah di Sumsel. Di samping, kami juga berupaya untuk memitigasi konflik hewan dan manusia,” katanya, Senin (16/5/2022).
Ujang memaparkan proses dan tahapan pemasangan GPS collar pada dua kelompok gajah telah berlangsung sejak April 2022.
Sebelumnya, tim BKSDA bersama pihak terkait telah melakukan tahapan survey keberadaan kelompok gajah target, pengkondisian tim dan peralatan, serta pendekatan kepada masyarakat dan para pihak.
Dia menambahkan, lewat GPS collar, para gajah liar tersebut dapat terpantau dalam penggunaan jalur jelajah.
Di mana, keberadaan gajah itu berada di wilayah konsesi salah satu unit usaha APP Sinar Mas, yakni PT OKI Pulp & Paper Mills dan mitra pemasoknya, yakni PT Bumi Andalas Permai (BAP).
“Upaya tersebut memang merupakan kewajiban bagi setiap pemegang konsesi sebagai bagian dari corporate biodiversity responsibility,” kata Ujang.
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Jejaring Hutan Satwa, Syamsuardi, mengatakan GPS collar adalah salah satu alat yang digunakan untuk mitigasi konflik gajah dan manusia.
“Kita dapat mengetahui pergerakan gajah sebagai salah satu early warning system, dengan adanya informasi ini kita dapat melakukan antisipasi apabila gajah bergerak pada areal yang memiliki potensi konflik,” katanya.
Menurutnya, kelompok tersebut terpantau berada di koridor gajah sumatera Distrik Simpang Heran PT. BAP.
Dia melanjutkan, areal itu memang sudah menjadi jalur gajah (home range), tanpa pernah ada permasalahan baik dengan masyarakat maupun lingkungan di dalamnya.
Lokasi tersebut juga cukup mudah diakses sehingga memungkinkan untuk segera dilakukan pemasangan GPS collar.
“Selain akses yang cukup mudah, karakter kelompok gajah tersebut berperilaku tidak agresif [tenang] terhadap interaksi dengan manusia dengan catatan masih dalam jarak aman, minimal 40 meter,” jelasnya.
Head of Landscape Conservation APP Sinar Mas, Jasmine N.P. Doloksaribu, mengatakan APP Sinar Mas mendukung Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan serta turut berperan aktif menjadi bagian dari program human-elephant co-existence.
“Kami juga dukung pengembangan inovasi teknik mitigasi konflik antara manusia dan gajah Sumatera yang adaptif di luar kawasan konservasi,” katanya.