Bisnis.com, MEDAN - Sembilan Warga Negara Indonesia (WNI) asal Sumatra Utara yang sempat terjebak di antara perang Ukraina dan Rusia akhirnya kembali ke Tanah Air.
Mereka kini sudah tiba di Jakarta setelah dievakuasi dari Ukraina.
"Kami sudah sampai di Jakarta. Besok akan pulang ke Binjai," kata satu di antara WNI tersebut, Muhammad Raga Prayuga melalui sambungan telepon, Senin (21/3/2022).
Raga menceritakan proses evakuasi mereka yang menegangkan. Setelah berhasil dijemput, sembilan WNI yang sejak beberapa tahun bekerja di pabrik plastik tersebut langsung diboyong ke negara tetangga Ukraina, Polandia, pada Kamis (17/3/2022).
"Alhamdulillah, agak tenang di Polandia,” ujar Raga.
Raga dan delapan warga Sumatra Utara lainnya sempat terjebak di Ukraina selama kondisi geopolitik di negara itu memanas. Video unggahan mereka di media sosial viral dan menarik perhatian.
Sembilan WNI ini adalah Iskandar, Muhammad Raga Prayuda, Muhamad Aris Wahyudi, Syahfitra Sandiyoga, Agus Alfirian, Rian Jaya Kusuma, Dedi Irawan, Zulham Ramadhan, dan Amri Abas.
Enam dari sembilan WNI asal Sumatra Utara itu merupakan warga Kota Binjai. Sedangkan tiga lagi merupakan warga Kabupaten Langkat.
Sejak beberapa tahun lalu, mereka merantau ke Ukraina untuk bekerja di pabrik plastik di Kota Chernihiv, 143 kilometer dari ibu kota Ukraina, Kiev.
Rodiah, istri Iskandar, juga sudah mendengar kabar bahagia ini. Dia mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah mengevakuasi keluarganya.
Selain suami, satu di antara WNI tersebut juga anak kandung Rodiah.
"Semoga selamat dan segera tiba di Tanah Air dan bisa berkumpul lagi dengan kami," kata Rodiah.
Pada telekonferensi beberapa waktu lalu, Iskandar menceritakan kondisi mereka saat harus berlindung dalam suatu bungker untuk menghindari sasaran perang.
"Kami lari ke bungker bersembunyi karena pabrik sampai bergetar. Jadi ada timbul rasa kekhawatiran," ujar Iskandar kala itu.
Sebelumnya, ibu kandung Raga, Ritami, juga mencurahkan betapa cemas hatinya saat sang buah hati belum berhasil dievakuasi.
Dengan air mata bercucuran, Ritami memohon kepada pemerintah agar lekas mengevakuasi dan memulangkan anaknya tersebut ke Tanah Air.
"Dia anak baik, jangan sampai terjadi apa-apa sama dia. Saya tidak punya harta apa-apa kecuali dia," kata Ritami usai mengikuti telekonferensi.
Sejak beberapa tahun lalu, Muhammad Raga Prayuga mengadu nasib sebagai TKI di Kota Chernihiv, Ukraina.
Tujuannya tak lain untuk membantu perekonomian keluarga. Sebab, Raga kini menjadi tulang punggung setelah orang tuanya bercerai. Selain membantu sang ibu, Raga juga bekerja untuk membiayai sekolah adiknya yang masih duduk di bangku SMA.
Namun mimpi Raga untuk membahagiakan keluarganya sempat diwarnai ketakutan. Seperti diketahui, Rusia telah membombardir Ukraina sejak 12 hari lalu.
Di tengah kecamuk perang, Raga dan delapan WNI asal Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, lainnya hingga kini masih terjebak di Chernihiv. Pemerintah belum berhasil mengevakuasi dan memulangkan mereka ke Tanah Air.
Hal inilah yang membuat Ritami cemas sekaligus dihantui rasa takut karena anaknya dalam bahaya.
"Dia tulang punggung keluarga. Dia berharap kalau pulang ke rumah dengan selamat mau peluk saya," ujar Ritami bercucuran air mata.
Ritami sudah berkomunikasi dengan Raga via telepon saat perang pecah antara Ukraina dan Rusia. Ritami pun sempat meminta Raga agar tidak mengunggah video mereka ke media sosial. Permintaan itu disampaikan Ritami karena khawatir keluarganya menjadi bahan olok-olokan.
Namun, permintaan sang ibu ditolak. Raga tetap mengunggahnya ke media sosial dengan harapan Pemerintah Indonesia mengetahui kondisi mereka sehingga cepat melakukan evakuasi.
"Di situlah hancur perasaan saya. Berarti kondisinya lagi bahaya di sana," kata Ritami sambil menenteng foto anaknya tersebut.
Walau sudah memeroleh informasi bahwa anaknya bakal dievakuasi, namun Ritami tetap cemas. Apalagi dari video yang dikirim Raga tergambar jelas suasana mencekam saat perang antara Ukraina dan Rusia berkecamuk.
"Disuruh jangan cemas, tapi saya lihat langsung, 'lari..lari'. Sebelahnya bom. Bagaimana saya bisa tenang," katanya sembari menangis histeris.