Bisnis.com, PADANG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatra Barat mencatat kinerja industri jasa keuangan di daerah itu hingga posisi Desember tahun 2021 tumbuh positif seiring dengan pertumbuhan ekonomi, termasuk perbankan syariah.
Kepala OJK Sumbar Yusri mengatakan perbankan syariah di Sumbar menunjukan kinerja yang menggembirakan sepanjang tahun 2021.
Seperti dapat dilihat pada aset dan pembiayaan perbankan syariah di Sumbar, tercatat tumbuh masing-masing sebesar 14,12 persen secara tahunan (yoy) dan 16,65 persen yoy. Dimana kondisi aset pada Desember 2020 sebesar Rp7,09 triliun dan naik menjadi Rp8,10 triliun pada Desember tahun 2021.
Selanjutnya, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh 14,36 persen yoy dan Rasio Non Performing Finance (NPF) sebesar 1,82 persen yoy.
"Jadi ini pertumbuhan yang membanggakan bagi perbankan syariah di Sumbar. Kalau dibadingkan dengan kinerja perbankan konvensional di Sumbar, berada di bawah dari perbankan syariah," katanya dalam jumpa pers di Padang, Jumat (28/1/2022).
Yusri menjelaskan bila dibandingkan dengan kinerja perbankan syariah dengan konvensional, maka dapat dilihat dari aset perbankan konvesional di Sumbar tumbuh 11,38 persen yoy, sedangkan kredit perbankan tumbuh sebesar 7,44 persen yoy. Artinya pada Desember 2020 asetnya itu di angka Rp58,92 triliun dan naik pada Desember 2021 mencapai Rp63,62 trilun.
Dari sisi penghimpunan dana, DPK perbankan tumbuh sebesar 7,47 persen yoy. Dengan profil risiko yang masih terjaga pada level terkendali dengan Non Performing Loans (NPL) gross tercatat sebesar 1,88 persen.
"Kalau perbankan syariah itu aset tumbuh mencapai Rp8,10 triliun. Sementara aset perbankan konvensional itu tumbuh di angka Rp63,62 triliun," ujarnya.
Yusri mengakui melihat kondisi itu, masyarakat Sumbar merasa perbankan syariah adalah pilihan yang tepat untuk menyimpan uang atau melakukan transaksi lainnya.
OJK mencatat saat ini terdapat 21 perbankan konvensional dan 5 perbankan syariah.