Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eksportir Gambir Sumbar Bantah Lakukan Monopoli

Salah satu perusahaan eksportir yang turut mendapat sorotan dan surat dari KPPU adalah PT Rajdular Brothers yang berada di Muaro Kasang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar.
Para pekerja tengah melakukan proses pengeringan komoditas gambir di gudang eksportir milik PT Rajdular Brothers, yang berada di Muaro Kasang, Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Selasa (28/12/2021). /Bisnis-Noli Hendra
Para pekerja tengah melakukan proses pengeringan komoditas gambir di gudang eksportir milik PT Rajdular Brothers, yang berada di Muaro Kasang, Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Selasa (28/12/2021). /Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG — Perusahaan eksportir gambir yang ada di Provinsi Sumatra Barat membantah tentang sorotan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menyebutkan eksportir gambir melakukan praktik monopoli.

Salah satu perusahaan eksportir yang turut mendapat sorotan dan surat dari KPPU adalah PT Rajdular Brothers yang berada di Muaro Kasang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar.

Direktur Utama PT Rajdular Brothers, Rajeshwar Mandal, mengatakan, surat yang didapatkan perusahaannya dari KPPU butuh penjelasan lebih lanjut, karena tidak seperti dibayangkan soal penetapan harga gambir di Sumbar.

"Kami ada alasan sehingga harga gambir ini tidak menetap dan bahwa bisa anjlok di bawah Rp20.000 per kilogramnya," ungkap dia, Minggu (2/1/2022).

Rajeshwar menyebutkan hal yang membuat perusahaan menetapkan harga gambir, karena disebabkan adanya kualitas.

Artinya bila kondisi gambir memiliki kualitas bagus, akan dibeli dengan harga yang bagus, tapi untuk kondisi kualitas yang kurang bagus, maka harganya pun rendah.

Ada beberapa indikator soal kualitas, yakni kandungan katekin, kadar abu, kadar air, dan kadar bahan lainnya. "Ada standarisasinya, makanya harga tidak tetap. Rugilah kita jika beli sama rata, tanpa membedakan kualitasnya," ujarnya.

Menurutnya selama ini hasil dari pengecekan tim laboratorium terhadap gambir di berbagai daerah di Sumbar, terdapat campuran, yakni menggunakan pupuk dan makan.

"Di India berbagai jenis olahan dibuat dari gambir. Bila gambir malah dicampur oleh pupuk, sangat berisiko bagi kesehatan untuk dikonsumsi," ujarnya.

Sementara itu, Adm Manager PT Rajdular Brothers, Muhammad Ikhsan, mengakui perusahaannya telah menerima surat dari KPPU, bahkan sudah untuk kedua kalinya.

"Tapi sudah kita respon, sekitar dua minggu yang lalu," ungkapnya dihubungi terpisah.

Terkait adanya praktik monopoli yang dimaksud, Ikhsan menegaskan, PT Rajdular Brothers tidak melakukan monopoli. Karena yang disebut monopoli itu adalah satu perusahaan menguasai 50 persen pangsa pasar.

"Kalau kita untuk komoditas gambir ini sekitar 23 persen saja. Karena PT Rajdular Brothers tidak hanya ekspor gambir, tapi ada komoditi lainnya juga," tegasnya.

Di Sumbar juga tidak hanya PT Rajdular Brothers yang jadi eksportir komoditas gambir, juga terdapat beberapa perusahaan lainnya.

"Soal penetapan harga, mungkin hampir sama alasannya, tergantung kualitas gambirnya," sebut dia.

Ikhsan menjelaskan untuk harga komoditas gambir yang dibeli PT Rajdular Brothers itu bervariasi. Kualitas bagus bisa di atas Rp50.000 per kilogram, dan untuk kualitas di bawah itu harganya Rp45.000 per kilogram.

"Kualitas bagus itu, kering dan berwarna agak coklat," sebutnya.

Menurutnya harga itu adalah harga yang dibeli di gudang PT Rajdular Brothers. Terkait harga yang mungkin lebih rendah di tingkat petani, dibandingkan harga di gudang, karena mungkin saja persoalannya ada di pengepul.

"Petani kan jual ke pengepul, nanti pengepul yang jual ke kita. Harga yang kita beli segitu. Untuk bagaimana harga yang ditetap pengepul, kita tidak tahu," jelas Ikhsan.

Sementara itu, salah seorang petani gambir di Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Riko, mengatakan, saat ini harga gambir di angka Rp25.000 per kilogram.

Harga itu sudah dirasakan sejak bulan November 2021 lalu. Kalau sebelum itu, harganya bisa di bawah Rp20.000 per kilogram.

"Dulu harganya bisa belasan ribu. Kami memang mengeluh jika segitu harganya. Karena proses untuk memproduksi gambir ini tidak mudah. Gigi saja yang tidak berkeringat," ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Noli Hendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper