Bisnis.com, PADANG - Provinsi Sumatra Barat yang dikenal sebagai daerah gudangnya bencana, dan juga tergolong menjadi salah satu daerah yang peduli dengan berbagai kondisi bencana di tanah air maupun di Palestina, pangan logistik menjadi hal yang disoroti oleh Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Universitas Andalas (Unand) Padang.
Menurut Dekan Fateta Unand Padang Feri Arlius Dtk Sipado, selama ini bantuan logistik untuk korban bencana kebanyakan dalam bentuk mi instan. Padahal di dalam mi instan hanya karbohidrat saja, tidak ada protein dan tidak ada sayurnya.
Bagi Fateta Unand, ada hal lain yang bisa dilakukan pemerintah dalam hal memberikan bantuan logistik untuk korban bencana yakni melalui nasi padang instan.
Di sini, tim peneliti dari Fateta Unand menciptakan dan menawarkan sebuah inovasi logistik nasi padang instan.
Feri menyebutkan nasi padang instan akan dapat memberikan pangan sehat kepada korban bencana, dan bisa mengurangi mengkonsumsi mi instan.
Sehingga pada bulan Maret 2021 lalu, Fateta Unand Padang, pun memulai melakukan penelitian terhadap nasi itu. Ternyata setelah 3 bulan berjalan, akhirnya tim peneliti Fateta Unand mampu menciptakan nasi yang bisa tahan hingga 1 tahun.
"Ada sejumlah tahapan yang dapat dilakukan tim peneliti sehingga mampu menciptakan nasi yang mampu bertahan lama," katanya, Jumat (2/7/2021).
Dia menjelaskan untuk bisa memproses nasi padang instan itu jadi pangan yang mampu tahan lama, tim peneliti melakukan cara untuk menyedot kandungan air dari nasi yang telah dimasak sebelumnya.
"Memasak nasi, masih tetap sama dengan hal biasanya yakni menggunakan magic com. Namun setelah nasi telah masak, kita lakukan penyedotan kandungan air nya," ujarnya.
Feri menyebutkan nantinya setelah dilakukan penyedotan itu, dimana bentuk nasi itu akan kering dan hampir mirip dengan bentuk beras yang belum dimasak.
Nantinya setelah nasi itu sudah kering, dilakukanlah proses vakum, agar disaat melakukan pengemasan nasi tidak ada angin yang masih tersimpan. Dengan cara itu, maka nasi itu bisa bertahan hingga 1 tahun lamanya.
"Supaya nasi itu bisa dimakan, maka tim peneliti Fateta Unand pun menambahkannya dengan sayur-sayuran dan juga randang. Jadi seperti paket komplit nasi padang," jelasnya.
Untuk sayur-sayuran selama melakukan penelitian pangan itu, juga dilakukan hampir sama dengan nasi, dimana bentuk sayur-sayuran seperti wortel dan buncis terlihat kering, dan juga dikemas dengan proses vakum.
Berbeda dengan randang atau rendang, selama proses penelitian, masakan randangnya dibeli di rumah makan Padang. Sementara untuk proses menjadikan rendang itu supaya tahan, barulah dilakukan oleh tim peneliti Fateta Unand.
"Intinya, di nasi padang instan itu, kita membuatkan sebuah paket makan yang dalam kondisi kering, dan paket ini nantinya bisa dimakan setelah nanti dimasak dengan air," ungkapnya.
Dikatakannya untuk proses memasaknya itu, tidak harus di atas tungku. Tapi cukup menyiramnya dengan air mineral dengan takaran cukup dengan segelas air mineral.
Nantinya di dalam satu paket itu akan otomatis airnya bisa mendidih dan panas, sehingga dapat membuat nasi dan sayur-sayuran yang mengering itu jadi mengambang kembali seperti nasi dan sayur-sayuran yang seperti biasa.
"Nasi padang instan yang kita lahirkan ini, tidak mengurangi rasa dan tetap sehat. Nah, untuk yang instan seperti ini Fateta Unand menilai bisa menjadi logistik yang cocok untuk korban bencana, ketimbang mengkonsumsi mi instan," sebut Feri.
Saat ini, Fateta Unand Padang pun tengah melakukan proses hak paten atas produk yang diciptakan oleh tim peneliti Fateta Unand Padang tersebut.
Berbicara soal harga, sejauh ini diperkirakan untuk satu harga satu paket nasi padang instan itu di kisaran Rp30.000. Dimana untuk satu porsi ini cukup mengenyangkan perut.
"Tidak hanya bisa untuk pangan logistik bagi korban bencana saja. Bagi anak muda yang suka camping atau mendaki gunung, juga bisa membawa nasi padang instan ini. Serta untuk umrah dan naik haji, juga bisa bawa produk kita ini," ucap Dekan Fateta Unand.
Selanjutnya, Feri akan membicarakan hal ini dengan Pemprov Sumbar serta instansi yang terlibat, agar ada investor yang bisa mengembangkan hasil penelitian dari Fateta Unand Padang tersebut.
Dengan harapan, jika ada investor, maka Padang bisa memproduksi lebih banyak nasi padang instan, dan bisa memenuhi kebutuhan yang ada nantinya.
"Kalau alat yang di labor, sebatas meneliti saja, kalau untuk memproduksi dalam jumlah banyak tentu tidak bisa. Makanya perlu kita ajak investor untuk bisa mengembangkan hasil penelitian ini," pungkasnya. (k56).