Bisnis.com, PADANG - Stasiun Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Padang, Sumatra Barat, mencatat pengiriman domestik lobster melalui SKIPM Padang selama dua bulan terakhir tercatat turun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Pelaksana Koordinasi Urusan Tata Pelayanan SKIPM Padang Rini Sardi menjelaskan penurunan tersebut walaupun tidak begitu signifikan, namun mencapai lebih kurang 3.000 ekor per bulan selama Januari dan Februari 2021, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Hal ini dapat terlihat dari data pengiriman domestik lobster yang dicatat oleh SKIPM Padang selama bulan Januari dan Februari 2021 yang hanya mencapai 30.683 ekor dan 29.815 ekor," katanya kepada Bisnis melalui pesan singkatnya, Senin (15/3/2021).
Sementara pada Januari dan Februari tahun 2020 lalu, pengiriman domestik lobster yg melalui SKIPM Padang mencapai 34.323 dan 32.846 ekor.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar Yosmeri mengatakan lobster di Sumbar sebagian besar diekspor ke Cina, dan hanya sebagian kecilnya saja yang dijual untuk dikonsumsi.
Dikatakannya terkait lalu lintas lobster di Sumbar yang disebut domestik oleh SKIPM Padang, karena memang Sumbar tidak lagi bisa mengirimkan langsung ke negara tujuan. Karena saat ini di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) belum ada penerbangan internasional, sehingga lalu lintas ekspor pun jadi terganggu.
Sehingga banyak eksportir dari Sumbar memilih untuk melakukan ekspor melalui provinsi lain seperti ke Jakarta dan Batam. Kendati dari Sumbar melakukan ekspor melalui Jakarta dan Batam, tapi bagi SKIPM setiap komoditi yang melakukan pengiriman dalam negeri maka disebut sebagai pengiriman domestik, bukan ekspor.
"Bisa jadi nanti lobster yang kita catat saat ini adalah domestik adalah untuk ekspor ke daerah lain. Tapi nanti komoditi lobster dari Sumbar itu akan disebut ekspor di daerah lain, seperti Jakarta dan Batam itu, bukan dari Sumbar," jelasnya.
Kondisi itu telah terjadi semenjak pandemi melanda Indonesia yakni pada Maret 2019 lalu, yang mengakibat penerbangan internasional ditutup untuk BIM. Sehingga banyak komoditi ekspor yang biasa dikirim melalui jalur udara, harus melalui penerbangan domestik.
"Ketika kondisi belum pandemi, lobster Sumbar yang di ekspor itu bisa mencapai 5 ton per bulan. Kalau sekarang sejak ada pandemi, semuanya jadi turun, ekspor harus melalui daerah lain, minat konsumsi juga turun," ujarnya.
Menurutnya sebagian besar lobster yang diekspor itu adalah lobster yang ditangkap di laut oleh para nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
"Untuk lobster laut itu ditangkap bukan dibudidaya. Beda dengan lobster air tawar, ada yang membudidayakannya," sebutnya.
Sementara itu salah seorang eksportir lobster di Padang, Missho, mengatakan, sejak Januari dan hingga sekarang tidak begitu banyak lobster hasil tangkapan nelayan yang masuk ke tempat usahanya itu.
Hal ini dikarenakan cuaca sedang tidak bersahabat di Mentawai, sehingga menyulitkan bagi nelayan untuk menangkap lobster.
"Nelayan itu menangkap lobster hingga ke dasar laut. Nah saya pernah tanya ke nelayan kenapa tidak ada jual lobster lagi. Ternyata cuaca lagi buruk," sebut Missho. (k56)