Bisnis.com, PALEMBANG – Nilai impor Sumatra Selatan pada November 2020 melonjak drastis sebesar 90,59% atau senilai US$847,95 juta jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Bahkan, berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, nilai impor tersebut melejit hingga 284,12% jika dibandingkan bulan Oktober 2020.
Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih mengatakan tingginya impor di suatu daerah tidak menjadi masalah jika barang yang diimpor merupakan barang modal dan bahan baku/penolong, bukan barang konsumsi.
“Artinya barang-barang yang diimpor itu untuk kegiatan investasi di sini. Sehingga harapannya impor tersebut bisa berdampak positif terhadap peningkatan produksi, bahkan bisa untuk ekspor selanjutnya,” katanya, Selasa (15/12/2020).
Dia memaparkan selama periode November 2020, Sumsel banyak mengimpor mesin/peralatan listrik hingga mencapai US$118,14 juta. Di samping itu, Sumsel juga mengimpor mesin-mesin/pesawat mekanik yang masih mendominasi struktur impor dengan share 51,87%.
Menurut Endang, tingginya lonjakan impor di barang modal juga dapat berarti bahwa industri di provinsi itu masih bergeliat. Impor komoditas tersebut bisa saja ditujukan lantaran perusahaan ingin mengganti mesin-mesin yang telah aus, sehingga nantinya dapat meningkatkan produktivitas usaha itu.
Baca Juga
“Kita jangan alergi impor, impornya apa dulu? Karena kalau untuk pengganti mesin yang sudah aus ya tidak apa,” katanya.
Sementara jika dilihat dari negara asal, impor Sumsel mayoritas dikirim dari Tiongkok, Malaysia, Vietnam. Bahkan neraca perdagangan Sumsel dengan Tiongkok defisit US$119,83 juta pada November 2020.
“Tiongkok memang jadi pasar ekspor utama Sumsel untuk komoditas pulp dan batu bara, namun Tiongkok juga jadi negara pengimpor utama buat Sumsel dan bulan lalu kita lebih banyak impor,” katanya.
Dia menambahkan saat ini neraca perdagangan Sumsel masih surplus senilai US$57,45 juta. Namun angka tersebut sangat rendah dibandingkan suprlus neraca perdagangan provinsi itu selama tiga tahun terakhir.
“Tapi kita patut mengapresiasi karena ekspor meskipun turun dan impor meningkat, perdagangan luar negeri Sumsel masih surplus,” jelasnya.