Bisnis.com, PEKANBARU — Bank Indonesia Perwakilan Riau menyebut sektor perikanan, khususnya ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan tangkap bisa menjadi alternatif pendorong ekonomi Bumi Lancang Kuning. Namun, daya saing produk komoditas perikanan di Riau masih tertinggal apabila dibandingkan dengan daerah maupun negara lain.
Teguh Setiadi, Deputi Direktur BI Riau, menyampaikan potensi sektor perikanan itu terlihat dari total hasil perikanan tangkap dan budi daya yang melebihi 259.000 ton per tahun dan bahkan bisa meningkat lagi.
“Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sektor ini adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai proses produksi hingga pengolahan pascapanen yang mengakibatkan tertinggalnya daya saing produk komoditas perikanan Riau dibandingkan daerah dan/atau negara lain,” katanya, seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima Bisnis, Senin (16/3/2020).
Selain itu, lanjut Teguh, produk komoditas perikanan asal Riau secara umum juga belum memiliki sertifikasi yang dibutuhkan pasar ekspor seperti Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Adapun, HACCP merupakan sertifikat yang menunjukkan standar mutu dari komoditas perikanan.
BI Riau pun bekerjasama dengan Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Provinsi Riau mengadakan Pelatihan HACCP yang diikuti sekitar 30 pelaku usaha sektor perikanan, mulai dari supllier hingga unit pengolahan ikan.
“Pemahaman yang lebih baik tentunya dapat mendorong terciptanya produk komoditas perikanan UMKM Riau yang bernilai tambah dan memenuhi standar mutu internasional. Produk perikanan dengan mutu internasional dapat memperluas pasar ekspor guna meraup devisa yang lebih besar,” jelas Teguh.
Baca Juga
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produk perikanan kelompok ikan hidup dan ikan nonhidup yang keluar dari Provinsi Riau untuk kebutuhan ekspor maupun domestik mengalami peningkatan pada 2019.
Untuk komoditas ikan hidup, terjadi peningkatan ekspor dan domestik keluar sebesar 225 persen menjadi 10,15 juta ekor pada 2019 dibandingkan tahun sebelumnya 4,49 juta ekor.
Sementara untuk komoditas ikan nonhidup tumbuh lebih tinggi lagi sebesar 302 persen menjadi 112.000 ton pada 2019 dibandingkan tahun sebelumnya 37.000 ton.
Adapun komoditas perikanan unggulan dari Bumi Lancang Kuning terdiri dari ikan arwana, ikan darah, dan kepiting bakau dengan negara tujuan ekspor a.l. Malaysia, Thailand, dan Taiwan.