Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumut Diserang Flu Babi Afrika, Ini Langkah Pemprov

Pemerintah Provinsi Sumatra Utara menyiapkan Nias sebagai tempat untuk restock bibit babi. Ini menjadi salah satu langkah pemprov untuk menangani wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).
Peternakan babi/Istimewa
Peternakan babi/Istimewa

Bisnis.com, MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumatra Utara menyiapkan Nias sebagai tempat untuk restock bibit babi. Ini menjadi salah satu langkah pemprov untuk menangani wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

Dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu (19/1/2020), Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap menyampaikan Nias dipilih karena hingga saat ini Nias masih steril dari virus ASF. Pemprov juga tengah memperketat pengawasan di Nias agar daerah tersebut tidak terjangkit ASF.

"Kita juga sudah memikirkan restock babi di Sumut, kita pilih Nias karena daerah ini belum terinfeksi ASF. Nias juga sudah terbukti tempat yang tepat untuk pengembangbiakan babi karena hampir setengah populasi babi ada di sana. Jadi, sekarang kita ketat mengawasi Nias, jangan sampai daerah ini terjangkit virus ASF," terangnya dalam keterangan resmi.

Langkah lainnya, pemprov mempertimbangkan memberikan hewan ternak lain kepada peternak babi yang terdampak ASF, seperti sapi, kambing, ayam serta ikan. Dana bantuan tersebut berasal dari APBN/APBD Provinsi dan Daerah.

"Kita tidak bisa memberikan babi lagi sampai Sumut bersih dari ASF," imbuhnya.

Pemprov juga akan menerbitkan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) untuk babi-babi yang dipastikan tidak terinfeksi ASF agar usaha peternakan babi tetap berjalan. Menurutnya, berhentinya lalu-lintas babi di Sumut berdampak terhadap perekonomian masyarakat yang berpenghasilan dari ternak babi.

Azhar menyebutkan, saat ini tercatat babi yang mati mencapai sekitar 39.000 ekor dari populasi 1,23 juta ekor. Ini menunjukkan langkah Pemprov cukup berhasil dalam menekan laju penyebaran virus ASF setelah terdeteksi ada babi yang terinfeksi pada bulan September tahun lalu.

Pemprov menekan laju penyebaran virus ASF di antaranya dengan menghentikan lalu-lintas distribusi babi, menghentikan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), membuat posko reaksi cepat di setiap daerah, disinfektan dan pendataan babi. Pihaknya juga melakukan tindakan pencegahan seperti biosecurity, mendampingi dan membina peternak babi, sosialisasi terkait ASF kepada peternak secara intensif dan merespon cepat semua kasus kematian babi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper