Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OKU Timur Berpeluang Mandiri dengan Pusat Perberasan & PLTA

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dinilai berpeluang mampu menghidup diri sendiri dengan memacu pendapatan asli daerah (PAD), tidak tergantung pada dana dari pemerintah pusat.
Faisal Habibur (kanan) saat hadir dan berbicara di forum Bitgaram International Exposition of Electric Power Technology (BIXPO) 2018, yang diselenggarakan The Korea Electric Power Corporation (Kepco) di Gwangju, Korea Selatan./Istimewa
Faisal Habibur (kanan) saat hadir dan berbicara di forum Bitgaram International Exposition of Electric Power Technology (BIXPO) 2018, yang diselenggarakan The Korea Electric Power Corporation (Kepco) di Gwangju, Korea Selatan./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dinilai berpeluang untuk menjadi smart city yang mampu menghidup diri sendiri dengan memacu pendapatan asli daerah (PAD), tidak tergantung pada dana dari pemerintah pusat.

Hal itu dikemukakan oleh pebisnis asli OKU Timur yang telah berskala nasional, Faisal Habibur, yang mengapungkan setidaknya dua langkah yang dapat direalisasikan kabupaten yang berada di Provinsi Sumatra Selatan tersebut.

Dalam perbincangan dengan Bisnis.com pada Senin (14/10/2019) pagi, Faisal mengutarakan dua gagasannya untuk menjadikan OKU Timur mandiri dan tidak tergantung pada guyuran dana dari APBN.

OKU Timur, dalam pandangannya, perlu memiliki badan usaha milik daerah (BUMD) yang beperan sebagai rice processing center batau pusat perberasan dengan menerapkan sistem resi gudang.

“Saya tak ingin mendengar petani selalu kena ijon. Praktik tengkulak ini sudah membudaya dan harus dihentikan. Sistem resi gudang akan menghentikan praktik ijon atau tengkulak ini,” paparnya.

Yang terjadi hingga saat ini, kata Faisal, petani meminjam uang dari tengkulak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan menjaminkan panennya yang baru kemudian menghasilkan.

Padahal, lanjutnya, hukum supply dan demand berlaku. Ketika panen produksi melimpah dan harga jatuh hingga di bawah Rp7.000 per kg, di sisi lain saat kekurangan produksi harga bisa mencapai Rp8/500 per kg atau bahkan Rp10.000 per kg.

Dengan penerapan sistem resi gudang, kesulitan petani yang selama ini terjerat tengkulak, akan dapat diatasi. Dengan sistem itu, OKU Timur berpotensi mendapat pemasukan hingga Rp3 triliun.

Hal itu mengingat ada selisih harga Rp3.000 nper kg, sedangkan OKU Timur yang termasuk lumbung pangan nasional, memiliki surplus produksi beras hingga 1 juta ton per tahun, sehingga nilainya menyentuh angka Rp3 triliun. “Bandingkan dengan APBD OKU Timur yang Rp2 triliun,” tuturnya.

Faisal memerinci penerapan sistem resi gudang perlu melibatkan BUMN PT Bhanda Ghara Reksa (BGR), yang akan mengeluarkan resi gudang bekerja sama dengan Bank Sumsel Babel atau bank lainnya.

“Jadi, petani cukup menjaminkan beras dan dana cair 70 persen. Tata niaga perberasan yang bagus ini yang perlu dibuat supaya petani tidak terjebak tengkulak. BUMD perberasan punya gudangnya, BGR mengelola, didukung dana Bank Sumsel Babel,” kata Faisal, yang juga Ketua Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) OKU Timur.

Faisal, yang disebut-sebut sebagai calon kuat Bupati OKU Timur dalam Pilkada Oktober tahun depan, sudah menerapkan mekanisme resi gudang itu dengan skala kecil di wilayah yang pernah dipimpinnya, Desa Kurungan Nyawa OKU Timur. “Itu sudah saya terapkan utuk sekitar 3.000 ton beras.”

Hal lain yang dinilai Faisal dapat menjadikan OKU Timur mandiri dan masuk konsep smart city tanpa bergantung dari APBN ialah pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Listrik yang dihasilkan PLTA tersebut akan dijual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pemasukan untuk OKU Timur.

Dia melihat potensi pembangunan PLTA begitu besar di OKU Timur dengan memaksimalkan keberadaan Sungai Komering.

Faisal sebenarnya telah menjalankan proses demikian dengan skala yang lebih kecil berupa pembangkit listrik mikrohidro (PLTM). “Di satu sisi kita bikinkan bak penampungan di Belitang, di sisi lain Sungai Komering sebagai air yang berlimpah yang dapat dimanfaatkan,” ucapnya.

Pengelolaan PLTA itu pun akan dikelola oleh BUMD, yang tentu saja berbeda dengan pusat perberasan di atas.

Mengenai urusan pembangkit ini, Faisal memang bukan pemain baru. Dia bahkan pernah mewakili Indonesia ke Bitgaram International Exposition of Electric Power Technology (BIXPO) 2018, yang diselenggarakan The Korea Electric Power Corporation (Kepco) di Gwangju, Korea Selatan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper