Bisnis.com, BATAM — Kepala Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, Faisal Andre Siregar menyampaikan, Kota Batam memiliki potensi besar untuk pengembangan budi daya perikanan.
Data BPBL Batam menunjukkan permintaan jenis ikan Bawal Bintang, komoditas yang mulai dikembangkan BPBL Batam sejak 2007 lalu, setiap bulannya mencapai 3 ton, terlebih pada saat musim liburan. Sementara itu hasil produksi BPBL Batam sendiri baru mencapai 400 Kilogram saja perbulan. Artinya masih banyak permintaan yang belum bisa terpenuhi.
"Sekarang ini begitu, Permintaan kadang lebih banyak dari produksi kita," kata Faisal ketika ditemui saat kegiatan panen Komoditas Ikan Bawal Bintang di Keramba Jaring Apung BPBL Batam di Jembatan 3 Barelang, Kecamatan Bulang, Batam pada Rabu (14/8/2019).
Selain dukungan iklim pariwisata yang menunjang hadirnya konsumsi di masyarakat, Batam juga memiliki kelebihan lain dalam ekosistem lautnya yang mendukung untuk kegiatan budi daya. Hal ini yang juga mendukung aktivitas BPBL sehingga bisa melakukan pembibitan berbagai jenis ikan seperti Kakap Putih, Kerapu, Bawal Bintang, hingga yang terbaru adalah komoditas berbagai jenis ikan hias, termasuk di dalamnya ikan hias jenis Nemo atau yang biasa dikenal dengan ikan Badut.
BPBL Batam, lanjut Faisal, juga terus merangkul masyarakat untuk bisa ikut serta dalam kegiatan perikanan budidaya ini. Melalui serangkaian kegiatan, mulai dari pemberian bibit ikan secara gratis, pelatihan budi daya baik di lokasi BPBL Batam maupun menghadiri undangan di berbagai daerah yang menjadi wilayah kerja BPBL Batam.
Tidak itu saja, Faisal juga mengatakan bahwa pihaknya juga terus melakukan monitoring terhadap kelompok masyarakat yang menerima bantuan bibit dari BPBL Batam, agar hasil budidaya yang dikembangkan bisa dipanen secara optimal.
"Kita kasi bantuan bibit free kepada masyarakat, nanti hasil penjualannya untuk masyarakat sendiri. Kita juga lakukan pengawasan, tim dari kita setiap bulan kita pantau kesehatan ikan, pertumbuhannya, hingga hasil panennya nanti berapa," kata Faisal lagi.
Terkait dengan komoditas yang disarankan untuk dibudidaya sendiri, pihaknya mendorong masyarakat mulai melakukan budidaya ikan Bawal Bintang. Hal ini karena potensi keberhasilannya cukup tinggi sementara masa panennya terbilang singkat antara 6 sampai 8 bulan saja.
Nilai jual Bawal Bintang terbilang cukup tinggi, berada di kisaran Rp80.000 hingga Rp90.000 per kilogram jika dijual ke distributor. Harga ini akan lebih tinggi jika berhasil memasarkan produk hasil budidaya perikanan ini ke end user.
"Tingkat kelangsungan hidup Bawal Bintang ini bisa sampai 80 persen," kata Faisal lagi.
Lebih jauh, Faisal menjelaskan kalau BPBL Batam akan mengembangkan komoditas lain sehingga memberikan variasi jenis ikan yang bisa dibudidayakan. Utamanya, menghadirkan komoditas yang secara ekonomis memiliki nilai jual tinggi sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
"Ke depan kita akan kembangkan Kerapu dan Nemo hibride supaya komoditasnya bisa lebih variatif, dan kompetitif juga dari segi harga. Kalau hasil budidaya kita langsung ke PNBP negara, tapi untuk masyarakat Kepri bisa terbangun iklim ekonominya," kata Faisal lagi. (K41)