Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selama Januari 2019, 467 Penerbangan Dibatalkan di Bandara Minangkabau

Sepanjang awal tahun ini, manajemen PT Angkasa Pura II cabang Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang Pariaman, Sumatra Barat mencatat sebanyak 467 penerbangan batal datang dan berangkat.
Bandara Internasional Minangkabau (BIM)./Ilustrasi-id.wikipedia.org
Bandara Internasional Minangkabau (BIM)./Ilustrasi-id.wikipedia.org

Bisnis.com, PADANG—Sepanjang awal tahun ini, manajemen PT Angkasa Pura II cabang Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang Pariaman, Sumatra Barat mencatat sebanyak 467 penerbangan batal datang dan berangkat.

General Manager AP II cabang BIM Dwi Ananda Wicaksana menyebutkan sejak maskapai memberlakukan tarif batas atas itu, total 467 penerbangan dibatalkan hingga 21 Januari 2019 lalu.

“Totalnya dalam rentang 21 hari [1-21 Januari 2019], sebanyak 467 penerbangan batal, baik yang datang maupun yang akan berangkat,” katanya dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com, Rabu (23/1/2019).

Menurutnya, pembatalan sejumlah penerbangan itu terjadi karena masyarakat keberatan dan tidak mampu membeli tiket pesawat di tarif batas atas, sehingga mengalihkan ke perjalanan darat.

Dia menyebutkan pergerakan pesawat di bandara terbesar di wilayah barat Pulau Sumatra itu sudah mengalami penurunan sekitar 20%, bahkan untuk jumlah penumpang turun sebesar di kisaran 25% - 30%.

Normalnya, dalam sehari pergerakan pesawat di bandara tersebut mencapai 65 hingga 72  pergerakan. Namun saat ini hanya di kisaran 35 pergerakan pesawat per hari.

Dwi mengungkapkan kebijakan tarif tersebut, tidak hanya bagi pengelola bandara, tetapi juga dirasakan moda transportasi darat di kawasan bandara yang mengalami penurunan jumlah penumpang.

“Semua terkena dampaknya. Kami juga melakukan berbagai upaya baik di internal maupun secara eksternal agar situasi ini kembali normal,” ujarnya.

Beberapa upaya yang dilakukan manajemen AP II itu antara lain, melakukan optimalisasi slot, pemasaran rute – rute baru dan upaya penambahan rute eksisting.

Selain itu, juga memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak, baik dari pemerintahan, maskapasi, regulator dan pihak terkait lainnya untuk mengupayakan agar kondisi tersebut tidak semakin parah.

“Jadi tidak bisa dibiarkan begini terus. Efeknya sudah terasa bagi masyarakat Sumbar, pariwisata lesu dan ekonomi tidak akan tumbuh,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Heri Faisal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper