Bisnis.com, MEDAN – Jetstar Asia, jaringan maskapai berbiaya rendah (low cost carrier/LCC) milik Jetstar Group, berhati-hati dalam menambah rute penerbangan di Indonesia.
Barathan Pasupathi, Chief Executive Officer Jetstar Asia Airways Pte Ltd., mengatakan pada dasarnya potensi penambahan tersebut sangat tinggi. Tapi, ujarnya, perseroan tidak mau buru-buru berekspansi, meski tak menutup kemungkinan untuk membuka destinasi yang baru pada tahun depan di kota-kota lain di Indonesia maupun di negara lainnya.
“Terkait destinasi baru, kami memperhatikan pasarnya, beberapa network yang memang bagus akan kami tambah jumlah penerbangannya, seperti di Bali. Tapi belakangan dengan harga bahan bakar minyak yang terus naik, kami sangat berhati-hati dalam menambah rute penerbangan dari Singapura ke kota-kota lainnya,” katanya dalam Media Gathering di Medan, Rabu (7/11/2018).
Saat ini Jetstar Asia mengoperasikan 18 pesawat Airbus 320-200 dengan konfigunasi 180 penumpang dalam satu kelas untuk semua rute internasional jarak pendek.
Sejak beroperasi pertama kali pada akhir 2004, saat ini Jetstar Asia mengoperasikan total 600 penerbangan pergi pulang dari Singapura ke 26 destinasi di 13 negara di kawasan Asia Pasifik.
Khusus di Indonesia, maskapai tersebut menerbangi 6 kota yakni Denpasar, Jakarta, Medan, Surabaya, Palembang dan Pekanbaru. Total ada 60 penerbangan dalam seminggu yang dilayani Jetstar Asia dari Singapura ke Indonesia dengan membawa sekitar 700.000 pengunjung per tahun ke dalam negeri.
Sebagai strategi memacu jumlah penumpang, Jetstar Asia mulai memperkenalkan FlexiBiz sejak 2018 di Indonesia, yakni berupa paket untuk tujuan penerbangan tertentu yang menawarkan fleksibilitas waktu terbang. Selain itu, pihaknya juga rutin menggelar promosi baik offline bekerja sama dengan travel agent maupun promosi online.
“Kami punya flexi business, yakni paket-paket yang menarik bagi pelaku bisnis. Lazimnya yang terbang dengan LCC adalah traveller, tapi banyak penumpang kami yang berjas rapi dan terbang untuk urusan bisnis. Selain karena terpercaya, ketepatan waktu juga harga tiket yang bagus bagi perusahaan,” ungkapnya.
Dalam aspek layanan, tambah Bara, Jetstar Asia memiliki beberapa prinsip utama, antara lain terkait ketepatan waktu, pemeliharaan unit pesawat, serta faktor keselamatan penerbangan. Menurutnya, prinsip tersebut diturunkan dari induk perusahaan Qantas Group yang memiliki 49% saham perseroan.
“Sebagai salah satu penerbangan tertua, Qantas sudah dikenal punya standar kualitas keamanan paling tinggi di dunia dan Jetstar mengikuti itu. Kami sangat disiplin terkait pemeliharaan, sistem manajemen keamanan, manajemen risiko, serta pelatihan bagi para kru dan pilot. Standarnya selalu kami tingkatkan dan menjadi prioritas yang paling utama,” paparnya.