Bisnis.com, JAKARTA – Xiaomi memandang masih ada beberapa tantangan untuk melakukan penetrasi di pasar Indonesia.
Lei Jun, Pendiri dan CEO Xiaomi, mengatakan terdapat dua hal yang masih menjadi tantangan bagi Xiaomi di Indonesia, yaitu brand awareness bagi konsumen dan sumber daya manusia.
Pertama, bagaimana caranya agar masyarakat Indonesia lebih mengenal produk Xiaomi.
“Ini adalah hal yang sangat sulit karena umumnya di benak konsumen barang yang dijual murah kualitasnya tidak bagus,” katanya, Rabu (20/12/2017).
Dia mengatakan tujuh tahun lalu, cita-cita mendirikan Xiaomi adalah membuat produk yang terbaik dengan menjualnya dengan harga. Menurutnya, pemikiran seperti ini, Xiaomi meraih kesuksesan di China. Kemudian, Xiaomi, tiga tahun lalu masuk ke India dan sekarang sudah jadi nomor satu di India.
“Pengguna di Indonesia harus mengerti Xiaomi. Strategi kami ada empat, desain yang lebih baik, pengalaman pengguna lebih baik, kualitas lebih baik dan harga jualnya setengah,” jelasnya.
Dia menambahkan hal ini ditentukan oleh model bisnis yang dimiliki Xiaomi yang menekan biaya agar menjual dengan harga modal.
“Tidak mencari untung dari hardware sehingga produk bisa kompetitif,” ujarnya.
Dia mencontohkan dengan peluncuran Redmi 5A yang hanya dijual Rp999.000. Untuk itu, tantangannya adalah meyakinkan konsumen produk bagus bisa dijual dengan harga kompetitif.
Kedua, tantangannya adalah dengan masuk ke pasar Indonesia untuk bisa berkembang dalam jangka panjang, pihaknya membutuhkan tenaga ahli untuk ini.
“Kami butuh banyak orang-orang Indonesia yang hebat untuk bergabung dengan kami,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya berkomitmen untuk mengikuti peraturan yang ada terkait komponen lokal, baik di Indonesia maupun India.
Di sisi lain, untuk mengatasi produk dari pasar gelap atau tidak resmi. Xiaomi mengatakan akan bekerja sama dengan aparat keamanan.
“Di Indonesia kami punya servis center yang bagus dan jaminan kualitas, jadi kami menghimbau pada konsumen membeli produk asli kami agar mendapatkan servis yang baik,” katanya.