Bisnis.com, MEDAN - Badan Pusat Statistik Sumatera Utara sebelumnya mencatat, ekonomi Sumut yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010 pada triwulan III 2016 dibandingkan triwulan III 2015 (y-o-y) meningkat sebesar 5,28%.
Sedangkan pada 2017 angka itu menurun tipis. Menurut Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 dibandingkan dengan triwulan III 2016 (y-o-y) hanya meningkat sebesar 5,21%.
“Pertumbuhan tertinggi dialami lapangan usaha Jasa Perusahaan sebesar 9,00% serta Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 8,97%. Diikuti jasa lainnya sebesar 8,84%,” ujarnya di Medan, Senin (6/11).
Namun pada triwulan III 2016, bisnis mencatat BPS menyimpulkan bahwa pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 11,90%, Pengadaan Air 10,26%, diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 8,95%.
Perlambatan ekonomi Sumut juga tercermin dalam perbandingan sejumlah indikator yang lebih rinci.
Berdasarkan pendekatan produksi, terdapat tiga lapangan usaha yang sama yang memberikan peran dominan terhadap PDRB pada triwulan III 2017 dan 2016. Yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan; industri pengolahan; perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor.
Namun satu dari ketiga lapangan usaha tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan pada triwulan III 2017, yakni pertanian, kehutanan dan perikanan.
Pada triwulan III 2016, lapangan usaha tersebut berkontribusi 22,36% terhadap PDRB. Sedangkan pada triwulan III 2017 lapangan usaha ini hanya menyumbang 20,67%.
Kendati demikian dua lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan, meski relatif lebih tipis.
Kontribusi industri pengolahan pada triwulan III 2017 adalah sebesar 20,45% dari 19,92% (2016) dan perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 18,13 persen dari17,62% (2016).
Dari pendekatan pengeluaran, angka kontribusi dari empat komponen terbesar juga masih lebih baik pada tahun lalu, yang mana hanya satu dari empat komponen pada triwulan III 2017 lebih tinggi dari periode yang sama di 2016. Yaitu komponen pengeluaran rumah tangga.
Pada triwulan III 2017, pengeluaran rumah tangga berkonstribusi sebesar 52,69% terhadap PDRB, lebih tinggi dari 2016 yang hanya 52,54%. Namun tiga komponen lainnya tercatat lebih rendah.
Yakni komponen ekspor barang dan jasa 37,99% (2017) dari 38,14% (2016, PMTB 31,06% (2017) dari 31,21% (2016) serta komponen impor barang dan jasa sebesar 30,78% (2017) dari 38,14% (2016).