Bisnis.com, MEDAN - Pesawat Batik Air rute Bandara Soekarno Hatta - Kualanamu disebut mengalami Clear Air Turbulence pada ketinggian 20.000 kaki di udara dan mengakibatkan tiga orang mengalami cidera.
Manajer Hukum dan Humas PT Angkasa Pura II Bandara Kualanamu Wisnu Budi Setianto mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya dari Lion Group, pesawat Batik Air yang mengalami kejadian itu adalah pesawat tipe B737-800 NG bernomor penerbangan ID6890 dengan Regrestasi PK-PLY.
"Pesawat membawa 114 penumpang tersebut terbang dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, pada Selasa 24 Oktober 2016, pukul 15.00 WIB dengan tujuan Bandara Kualanamu," ungkapnya di Medan, Rabu (25/10/2017).
Pesawat itu, lanjut dia, mengalami Clear Air Turbulence (CAT) pada ketinggian 20.000 kaki atau sekitar 6 km diatas permukaan laut dan pada akhirnya dapat mendarat di Bandara Kualanamu pada pukul 17.33 WIB.
Sejumlah literatur menyebutkan, turbulensi banyak sekali jenisnya. Namun secara umum, turbulensi atau turbulence diartikan sebagai gerakan tidak beraturan atau berputar tidak beraturan akibat perbedaan tekanan udara atau perbedaan temperatur udara.
Sedangkan Turbulensi CAT adalah jenis turbulensi yang kejadiannya tidak terkait dengan kehadiran awan. Turbulensi ini sulit atau tidak bisa dideteksi secara visual oleh pilot maupun dengan menggunakan radar cuaca konvensional.
Meski pada akhirnya dapat mendarat dengan mulus, akibat kejadian ini, Wisnu Budi mengatakan bahwa terdapat dua penumpang dan satu pramugari mengalami cidera.
Setelah pesawat mendarat, mereka langsung mendapat penanganan medis dari dokter Kantor Kesehatan Pelabuhan atau KKP di Bandara Kualanamu.
"Kru dan penumpang lainnya tidak mengalami cidera, namun beberapa penumpang mengalami shock atas kejadian tersebut."
Setelah kejadian tersebut, pesawat telah diterbangkan kembali ke Jakarta pada Rabu (25/10) pukul 00.10 WIB.