Bisnis.com, BATAM – Lion Air Group telah menghabiskan Rp600 miliar sepanjang tahun ini untuk melakukan pengembangan maintenance, repair, and overhaul atau MRO di Batam Aero Technic.
General Manager Logistic Batam Aero Technic (BAT) Dedeng Ahmadi mengatakan pihaknya sedang membangun 23 shop dan pengembangan MRO tahap dua. "Total Biaya yang sudah dikeluarkan sekitar Rp600 miliar untuk di Batam saja," jelas Dedeng di Batam Aero Technic, Rabu (11/10/2017).
Dia mengatakan saat ini BAT tengah mengembangkan hanggar aircraft painting yang akan diprediksi selesai pada akhir Desember tahun depan. Beberapa fasilitas tahap dua lainnya adalah pembangunan tempat untuk engine shop.
Adapun alasan Lion Group memperluas fasilitas MRO adalah untuk menampung sekitar 250 pesawat. Apalagi, Lion sedang berencana mendatangkan sekitar 700 unit pesawat berbagai jenis dari mulai ATR, Boeing, dan Airbus 330 wide body untuk melayani rute domestik ataupun internasional.
"Tujuannya agar ke depannya kami bisa menampung 38 pesawat di hanggar ini, saat ini baru ada 4 hanggar untuk 12 pesawat," tuturnya. BAT yang telah mendapat izin lahan seluas 28 hektar ini berencana melakukan perluasan sampai 2022 untuk 38 pesawat.
Sebagai informasi, SDM total BAT saat ini berjumlah 1025 orang terdiri dari engineer 540 orang dan sisanya staff engineer dan aviation. "Ke depan, apabila fasilitas selesai bisa menyerap 6000 karyawan," ungkap Dedeng.
Sebelumnya, Lion Air Group menyiapkan investasi sekitar Rp9 triliun untuk pengembangan hanggar Batam Aero Technic di Bandar Udara Hang Nadim serta pembangunan politeknik aviation. atam telah menyelesaikan audit manajemen keselamatan dan politeknik aviasi.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan perusahaan sedang menjalankan pengembangan atas masterplan bisnis maintenance, repair, overhaul (MRO) dan pengembangan sumber daya manusia di Batam Aero Technic (BAT).
"Nanti ada hanggar painting aircraft, hanggar untuk perawatan engine, merawat avionic, semua jadi MRO whole, one stop shopping nilai investasi total Rp8-9 triliun," jelas Edward.
Sejak beroperasi pada 2014, dari lima tahap pengembangan BAT perusahaan sudah merampungkan satu tahap. Masih tersisa empat tahan pengembangan. Total lahan yang disewakan dari BP Batam kepada BAT seluas 28 hektare. Tahap pertama sudah difungsikan 4 hektare, dan tahap kedua 3 hektare.
Pada tahap kedua adalah membangun hanggar untuk painting aircraft sebanyak dua unit, warehouse, dan avionic shop. "Tahap III masih untuk membangun 2-3 hanggar dengan engine shop, tahap IV juga masih hanggar," terangnya.
Selain itu perusahaan juga sudah bekerjasama Pemerintah Kota Batam untuk membangun politeknik aviasi. Edward mengemukakan bahwa perusahaan merencanakan pembangunan politeknik berada di luar kawasan BAT ataupun Bandara Hang Nadim.