Bisnis.com, PEKANBARU – Produsen gypsum merk Gyproc, PT Saint Gobain Construction Products Indonesia (SGCPI) mengakui saat ini konsumsi material bangunan itu di Tanah Air masih didominasi untuk membuat plafon.
Managing Director PT SGCPI Hantarman Budiono mengatakan mayoritas masyarakat Indonesia mengetahui gypsum adalah material untuk plafon yang terkenal rapuh dan tidak kuat.
“Jadi masyarakat tahunya gypsum itu untuk plafond, atau sedikit yang tahu bisa untuk partisi ruangan, padahal aplikasi gypsum di luar negeri sudah sangat banyak untuk dinding ruangan dan bangunan,” katanya di Pekanbaru, Selasa (3/10/2017).
Hans, sapaan akrabnya mengatakan karena ketidaktahuan itu, konsumsi gypsum di Tanah Air menjadi lebih rendah dibandingkan negara tetangga, dan jauh tertinggal dibandingkan wilayah Eropa dan Amerika.
Padahal penggunaan gypsum sebagai material bangunan khususnya membuat dinding, bisa memotong waktu konstruksi sebuah bangunan mencapai 25%-30% bila dibandingkan dengan penggunaan bata merah atau bata ringan.
Karena itu pihaknya terus mendorong sosialisasi keunggulan gypsum tidak hanya untuk aplikasi plafond rumah atau bangunan, tetapi juga untuk dinding ruangan dan berbagai proyek properti lainnya.
“Kami yakin dengan gypsum ini bisa menjadi solusi dari masalah backlog atau kekurangan unit rumah yang saat ini jumlahnya sudah mencapai 11 jutaan unit di seluruh Indonesia, karena waktu membangun rumah dan properti menjadi lebih singkat dan efisien,” katanya.
Adapun Gyproc, gypsum produksi PT Saint Gobain Construction Products Indonesia (SGCPI) memiliki berbagai jenis produk yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, tidak hanya untuk plafond, tetapi juga menyediakan gypsum untuk dinding atau sistem drywall.