Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Berorientasi Ekspor, IKM Sumsel Belum Minati Fasilitas Bea Cukai

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kanwil Sumatra Bagian Timur mencatat jumlah pelaku industri kecil menengah (IKM) di Sumatra Selatan masih sedikit yang memanfaatkan fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor yang diberikan pemerintah.
kain songket produksi IKM Sumsel./Ilustrasi-Antara
kain songket produksi IKM Sumsel./Ilustrasi-Antara

Bisnis.com, PALEMBANG – Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kanwil Sumatra Bagian Timur mencatat jumlah pelaku industri kecil menengah (IKM) di Sumatra Selatan masih sedikit yang memanfaatkan fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor yang diberikan pemerintah.

Kepala Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Sumbagtim, Afla Farobi, mengatakan pihaknya hanya mendapat dua IKM yang mau memanfaatkan fasilitas yang bertujuan mengembangkan IKM tersebut.

“Kami sudah sosialisasikan program KITE (kemudahan impor tujuan ekspor) untuk IKM di Sumsel namun hanya dua industri yang berminat, yang lain tidak tertarik karena ekspor mereka sangat kecil,” katanya, Rabu (20/9/2017).

Afla mengatakan padahal jika IKM mengikuti program KITE IKM maka pelaku bisa mendapat kemudahan, seperti pembebasan bea masuk untuk bahan baku yang impor dan tidak dipungut PPN maupun PPNBM untuk produk ekspor industri tersebut.

Berdasarkan catatan Bisnis, terdapat sebanyak 33.432 IKM di Sumsel pada 2016 yang bergerak di berbagai bidang usaha, seperti garmen, kuliner dan kerajinan.

Adapun dua IKM yang mendapatkan fasilitas KITE dari Ditjen Bea dan Cukai adalah PT Sako Indah Gemilang yang bergerak di bidang industri mebel dan CV Natural yang bergerak di bidang industri kerajinan.

Dia mengatakan ekspor kedua IKM itu sendiri tidak terlalu banyak hanya dua bulan sekali dengan tujuan seperti ke Hongkong dan beberapa negara di Eropa. Menurut Afla, profil IKM di Sumsel mayoritas bergerak di bidang kuliner dan kain songket yang mana kedua produk itu belum berorientasi ekspor.

Dia memaparkan meski bahan baku kain songket berupa benang masih impor namun pelaku IKM cenderung membeli dari distributor dan tidak mengimpor sendiri. “Akan tetapi kami tidak putus asa, kami akan terus mendorong pengembangan IKM, apa saja akan kami bantu,” katanya.

Afla menjelaskan dalam program KITE barang yang mendapat fasilitas adalah barang dan/atau bahan baku, bahan penolong yang harus diproses untuk ekspor.

Sementara untuk mesin merupakan mesin yang digunakan untuk pengembangan, modernisasi dan rehabilitasi yang digunakan untuk produksi kurang dari dua tahun. Selain itu barang contoh juga menjadi barang yang mendapat fasilitas yang digunakan untuk menunjang proses produksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dinda Wulandari
Editor : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper