Bisnis.com, MEDAN - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara mencatat sejak bulan lalu harga karet kembali melesu hingga US$1,97 per kg. Produksi dan kinerja ekspor karet Sumut pun terancam merosot.
Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menuturkan, padahal pada Januari 2017 harga mencapai US$2,11 per kg dan pada Februari 2017 US$2,2 per kg.
“Saat ini [April 2017] bahkan harga sudah mencapai US$1,7. Berarti harga di petani pun anjlok. Petani bisa kembali meninggalkan kebunnya. Harga turun karena harga minyak mentah dunia masih murah. Industri pun lebih memilih pakai karet sintetis,” terang Edy, Senin (10/4/2017).
Lebih lanjut, dia memperkirakan, harga sepanjang semester I/2017 paling tinggi pada kisaran US$2 hingga US$2,1 per kg. Adapun, salah satu upaya untuk mendongkrak harga yakni kembali memberlakukan skema pembatasan ekspor (Agreed Export Tonage Scheme/AETS).
Berdasarkan data, produksi karet Januari-Februari 2017 mencapai 78.791 ton atau meningkat 5,56% dari periode yang sama pada tahun lalu 74.641 ton. Total produksi sepanjang tahun lalu yakni 441.220 ton, dengan serapan domestik 4,64%.
“Seharusnya kalau demand dari negara tujuan masih terus meningkat, total produksi kami perkirakan selama semester I/2017 masih bisa naik 3%. Tapi sekarang semuanya tergantung perkembangan harga,” pungkasnya.