Bisnis.com, PALEMBANG - Produksi minyak sawit mentah asal Sumatra Selatan ditargetkan bisa mencapai 3,4 juta ton hingga akhir 2017.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Harry Hartanto, mengatakan produksi CPO Sumsel biasanya berkontribusi sebanyak 10% dari total produksi nasional.
"Tahun ini ditargetkan bisa capai 3,4 juta ton atau 10% dari target produksi CPO nasional," katanya di sela acara diseminasi kajian ekonomi regional, Kamis (6/4).
Harry mengemukakan peningkatan produksi didorong oleh penambahan luas tanam kebun dan kondisi iklim yang mendukung. Menurutnya, efek El Nino yang menyebabkan kemarau lebih panjang dan berdampak pada anjloknya produksi sawit tahun lalu telah berakhir.
Saat ini, kata dia, berdasarkan citra satelit, luasan kebun sawit di Sumsel mencapai sekitar 1,3 juta hektare di mana lebih dari 50% dikelola masyarakat, sisanya dimiliki swasta dan BUMN.
Harry menambahkan sebetulnya, Sumsel memiliki potensi peningkatan produksi CPO hampir 5 juta ton. “Potensi itu dengan asumsi keberadaan 70 pabrik kelapa sawit berkapasitas 3.950 ton per jam dan rendemen sekitar 20%, saya pikir produksi bisa mendekati 5 juta ton,” katanya.
Dia mengatakan meski produksi CPO ditargetkan meningkat namun belum diikuti dengan pertumbuhan industri hilir komoditas tersebut di Sumsel. Perkembangan industri hilir CPO malah terasa di Pulau Jawa karena lebih dekat dengan pasar.
"Industri hilir, seperti biodiesel dan oleochemicals adanya di Banten ataupun DKI Jakarta karena memang lebih dekat dengan pasar dan infrastrukturnya lebih memadai. Sementara di Sumsel baru terbatas pabrik minyak goreng," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, nilai ekspor CPO Sumsel meningkat sepanjang Februari 2017 (yoy) menjadi US$48,86 juta dari sebelumnya US$36,22 juta.
Sementara itu Hari Widodo, Kepala Divisi advisory dan pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Sumsel, mengatakan peningkatan produksi CPO juga didukung perbaikan harga komoditas Itu yang telah terjadi sejak akhir tahun lalu.
Bank sentral memprediksi pemulihan harga CPO yang berlanjut hingga triwulan I/2017 itu bisa menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumsel yang lebih tinggi dibanding tahun lalu.
“Pertumbuhan ekonomi Sumsel tahun ini masih dipengaruhi investasi dan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga sendiri didorong oleh perbaikan harga komoditas, termasuk CPO,” jelasnya.
Dia mengemukakan BI Sumsel memproyeksi pertumbuhan ekonomi provinsi itu pada tahun ini bisa mencapai 5,1% -- 5,5% mengingat tahun lalu Sumsel bisa menyentuh angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03%.