Bisnis.com, PEKANBARU - Bank Indonesia menilai pemda setempat belum maksimal menggarap potensi ekonomi dari komoditas sagu di Provinsi Riau.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Irwan Mulawarman mengatakan sampai saat ini sagu belum tergarap maksimal padahal potensinya besar di kawasan pesisir Riau.
"Potensi sagu sangat besar, mulai dari pesisir Selatpanjang Meranti sampai ke Indragiri Hilir semuanya ada sagu, tapi belum dimaksimalkan saja," katanya kepada Bisnis Kamis (30/3).
Irwan yang juga Kepala Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI itu menyebut, pihaknya sudah memulai upaya untuk mendorong komoditas sagu.
Di antaranya membina petani sagu di Selatpanjang sampai didapatkan bibit unggul dalam budi daya sagu. Lalu dilakukan pendampingan dalam pengolahan produksi sagu, dari tual sagu ke produk turunan awal yaitu sagu basah dan sagu kering.
Setelah itu produk tersebut diolah lagi menjadi beragam makanan dan minuman yang sudah didapatkan hingga 350 menu. BI bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah melakukan penelitian sampai didapatkan kesimpulan limbah sagu yang sudah diolah menjadi basah, bisa dipakai sebagai pakan ternak hingga media budidaya jamur.
"Bahkan limbah sagu ini menjadi media budidaya jamur lebih baik dibandingkan serbuk kayu biasa," katanya. Irwan menilai perlu dukungan semua pihak untuk mengembangkan sagu sehingga bisa memberi dampak positif bagi ekonomi Riau dan menggerakkan sektor riil.
Sebelumnya Kepala OJK Riau M. Nurdin Subandi mengatakan pihaknya yang juga tergabung dalam Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) sudah memetakan potensi ekonomi sektor pangan untuk dikembangkan.
Salah satu komoditas pangan yang dikembangkan yaitu sagu yang menjadi andalan Provinsi Riau. "Sesuai rumusan TPAKD, pengembangan ekonomi sektor pangan salah satunya sagu dan ini kami upayakan untuk mengembangkannya lewat dukungan industri jasa keuangan," katanya.
Beberapa dukungan yang disiapkan itu di antaranya yaitu dana kredit atau pembiayaan untuk pengembangan sagu. Selain itu juga diperlukan perlindungan yang bisa diberikan dari produk asuransi pertanian.
Meski demikian, dukungan ini masih dirumuskan bersama antara lembaga yang tergabung dalam TPAKD. "Karena ada banyak unsur mulai pemerintahan, OJK, BI, hingga pelaku industri jasa keuangan," katanya.
Adapun komoditas sagu di Riau menjadi unggulan karena luas lahannya mencapai 87.000 hektare dan produksi mencapai 240.000 ton tiap tahun.