Bisnis.com, PALEMBANG —— Tingkat konsumsi dipandang menjadi faktor penting dalam upaya menjaga stabilisasi pertumbuhan ekonomi di Sumatra Selatan.
Akademisi Universitas Sriwijaya Sukanto mengatakan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumsel selama lima tahun ke belakang memang cenderung berada di kisaran 5%.
Teranyar, pada triwulan I/2025, laju perekonomian di Sumsel tercatat tumbuh 5,22% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun demikian, secara quarter to quarter (qtq) ekonomi Sumsel justru mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,98%.
Menurut Sukanto hal itu disebabkan oleh beberapa instrumen seperti adanya efisiensi yang mulai berlaku sejak bulan pertama tahun ini.
“Efisiensi ini tentunya memengaruhi kontribusi dari goverment spending (pengeluaran pemerintah) yang tercatat negatif 1,38% year on year (yoy),” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (7/5/2025).
Baca Juga
Belum lagi, kata dia, dari sisi kinerja ekspor juga menunjukkan rapor merah pada periode Maret atau terkontraksi sebesar 10,91%.
Oleh karena itu, Sukanto menilai bahwa salah satu upaya menjaga tren pertumbuhan ekonomi Sumsel tetap moderat dapat dilakukan dengan menjaga tingkat konsumsi.
Seperti pada triwulan pertama tahun ini kondisi perekonomian masih terdorong dengan adanya peningkatan konsumsi bertepatan dengan Hari Besar Keagamaan (HKBN) mulai dari Tahun Baru, Imlek, Ramadan dan Idulfitri.
“Karena kalau kita lihat lebih dalam lagi data itu, pertumbuhan ekonomi kita bergantung dengan konsumsi yang memiliki kontribusi 54,53%. Sedangkan kontribusi pertambangan cenderung stagnan, pertanian juga naik karena harga komoditas,” jelasnya.
Sukanto juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan II/2025 masih akan cukup aman sejalan dengan berlangsungnya HKBN lebaran haji atau Iduladha.
Dia menyebutkan beberapa langkah yang bisa ditempuh pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat seperti salah satunya yang paling cepat yaitu pemberian subsidi dan bantuan langsung tunai bagi golongan masyarakat kurang mampu.
“Karena kontribusi paling kencang untuk pertumbuhan ekonomi kita itu dari konsumsi dan ekspor. Kondisi ekspor juga bukan dipengaruhi karena adanya perbaikan produktivitas tapi karena nilai kurs,” pungkasnya.