Bisnis.com, PADANG - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Wilayah Sumatra Barat menyebutkan update serapan beras lokal yang telah dilakukan hingga pertengahan April 2025 telah mencapai 80% dari target yang diberikan pemerintah yakni 1.400 ton.
Pemimpin Perum Bulog Wilayah Sumbar Darma Wijaya mengatakan sesuai dengan target yang diberikan pemerintah kepada Bulog 3 juta ton dan di masing-masing wilayah termasuk di Sumbar harus tercapai hingga berakhir April 2025 ini. Khusus capaian di Bulog Sumbar data terbaru telah mencapai 80% dan angka ini akan terus berjalan dari hari ke hari.
“Sebenarnya kami di Bulog Wilayah Sumbar ini tidak sebatas mencapai target dalam serapan beras lokal. Kalau bisa lebih banyak lagi dari 1.400 ton itu, artinya kan lebih bagus,” katanya, Selasa (22/4/2025).
Dia optimistis target 1.400 ton itu akan tercapai hingga penutupan April 2025, karena setiap pekannya Bulog turun langsung ke titik kawasan pertanian yang memiliki harga beras yang diserap sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.
Darma menjelaskan bicara target serapan beras lokal ini, sebenarnya telah dilakukan perbaikan jumlah target, hal ini seiring telah adanya komitmen dari Presiden RI Prabowo Subianto terkait menghentikan impor beras.
“Dengan adanya kebijakan setop impor beras ini, kami di Bulog akan bekerja lebih optimal lagi untuk serapan beras lokal, dengan harapan ketersediaan beras pemerintah di gudang Bulog, dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat,” ujar dia.
Baca Juga
Menurutnya untuk mewujudkan kinerja yang optimal, khususnya bagi Bulog Wilayah Sumbar, pihaknya telah melakukan berbagai strategi untuk menyerapkan beras lokal di Ranah Minang.
Darma menyebutkan meski dari segi realisasi capaian terbilang cukup besar, sebenarnya untuk menyerap beras lokal di Sumbar ini, Bulog dihadapkan dengan kondisi harga gabah yang ternyata jauh di atas HET.
Hal ini dikarenakan, lanjutnya, harga beras di Sumbar telah ditentukan harga khusus, karena secara kualitas beras yang ada di Sumbar merupakan beras premium.
Namun untuk mengoptimalkan serapan beras lokal itu, kata Darma, Bulog Sumbar melakukan pemetaan wilayah yang memproduksi beras yang harganya setara dengan HET.
Wilayah produksi itu, berada di perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan dengan Provinsi Bengkulu, Kabupaten Dharmasraya dengan Provinsi Jambi, dan Kabupaten Pasaman dengan Provinsi Sumatra Utara.
"Jadi di tiga titik itu, merupakan wilayah transmigrasi. Artinya wilayah tersebut penghasil beras IR 64 atau beras pulen, sehingga harganya cocok dengan HET," ujarnya.
"Kalau daerah lainnya di Sumbar penghasil beras premium, dan kami tidak bisa menyerapnya, karena tidak sesuai HET. Tapi beruntung masih ada kawasan pertanian yang memproduksi beras IR 64, sehingga upaya serapan beras lokal di Sumbar bisa terlaksana," sambungnya.
Darma mengatakan meski Bulog Sumbar telah menetapkan wilayah serapan beras lokal, bukan berarti seluruh hasil produksi gabah di tiga wilayah itu diserap Bulog. Namun sesuai dengan ketentuan, serapan beras lokal hanya diperbolehkan 10% dari hasil panen petani.
Selain itu, beras yang diserap Bulog Sumbar juga ada beberapa syarat, seperti kondisi butir patah beras maksimal 20%, atau harus memenuhi yang namanya beras cantik dengan kondisi dan kualitas beras 98%.
"Jadi perlu kami lihat kondisi berasnya juga. Soal kondisi beras itu sepertinya di pengaruhi hasil heler (penggiling padi)," jelasnya.
Oleh karena itu, Darma memperkirakan potensi serapan beras lokal di Sumbar bisa mencapai 1.800 ton per tahunnya yang ada di tiga wilayah itu, asalkan indeks penanaman (ip) dilakukan secara maksimal.
"Jadi kontribusi serapan beras lokal di Sumbar untuk target nasional belum begitu besar, karena target nasional itu 3 juta ton," tegasnya.
Dikatakannya beras yang diserap Bulog Sumbar itu disimpan di gudang Bulog, karena merupakan beras cadangan pemerintah, yang nanti akan dijual kembali untuk kebutuhan masyarakat di Sumbar.