Bisnis.com, PADANG - Di tengah berkembang pesatnya pembangunan kawasan perumahan baru hingga ke pinggiran kota, lahan pertanian sawah seakan menjadi sasaran yang strategis bagi pengembang perumahan, untuk mengubahnya menjadi kawasan perumahan baru.
Namun, ada satu kawasan pertanian di Kubu Dalam, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatra Barat, yang masih bertahan untuk tetap mengolah lahan sawahnya, meski hamparan pertaniannya itu telah dikepung pembangunan kawasan perumahan baru.
Amlan Tanjung, petani yang berusia 56 tahun ini merupakan sosok yang tidak tergiur dengan tawaran pengembang perumahan untuk menjual lahan sawahnya yang luasnya mencapai 3 hektare itu, meski di sekeliling sawahnya itu sudah dipadati bangunan perumahan baru.
Berkat keteguhan hati Amlan untuk menjadi petani, kini kawasan pertanian di Kubu Dalam itu, seakan menjadi sebuah kawasan para-parunya kawasan kota. Hal ini dikarenakan, hamparan pertanian tersebut telah mampu menghasilkan pemandangan yang asri dan udara yang terasa begitu segar menyapa di saat berada di tengah-tengah sawah.
“Selagi saya masih hidup, lahan ini tidak akan saya jual, dan tidak akan dijadikan untuk kawasan perumahan. Karena lahan ini adalah warisan keluarga yang harus saya jaga, amanah yang harus saya jalankan. Bahkan keluarga saat ini, yang terlihat sehat dan bahagia, berkat dari hasil pertanian ini. Karena dari lahan ini lah yang berperan dalam menopang perekonomian keluarga kami,” kata Amlan, Jumat (14/2/2025).
Dari lahan 3 hektare itu, sebagian besar ditanami padi, dan sisanya ditanami cabai merah. Dan dari lahan yang ada itu, produksi padi bisa mencapai ratusan karung gabah per panennya, dan puluhan ton cabai merah.
Baca Juga
Bagusnya produksi pertanian yang diperoleh oleh Amlan ini, lahan-lahan yang dikelola menggunakan Pupuk Indonesia, baik yang bersubsidi maupun yang nonsubsidi. Untuk lahan seluas 3 hektare itu, pupuk yang dibutuhkan Amlan sebanyak 500 kilogram untuk satu kali turun ke sawah atau sebanyak 2 ton per tahunnya.
“Sawah ini saya tanami padi dua kali setahun, untuk mengisi jeda nya waktu itu saya tanami cabai merah dan terong. Jadi total pupuk yang saya butuhkan per tahunnya itu sekitar 2 ton,” sebut Amlan.
Pupuk yang dibelinya itu, langsung ke Kios Pupuk Bersubsidi Yanti yang berada di Kecamatan Pauh, Padang. Setiap Amlan datang membeli pupuk, proses yang dijalani adalah melakukan registrasi sebagai seorang petani yang datang dari kelompok tani yang ada di Kubu Dalam. Caranya memberikan KTP, mengisi data-data diri, dan melakukan tanda tangan elektronik.
“Bagi saya syarat seperti itu tidak ada yang dipermasalahkan soal prosedur membeli pupuk subsidi ini. Asalkan harganya sesuai dengan HET yang telah ditetapkan pemerintah,” tegasnya.
Dari pupuk yang diperoleh itulah, membuat Amlan semakin optimis untuk terus mengolah lahan pertaniannya itu. Bahkan dengan adanya keteguhan hatinya itu untuk menjaga hamparan sawah di tengah-tengah kepungan kawasan perumahan itu, banyak orang yang tidak menduga masih ada kawasan sawah.
Di satu sisi, Amlan berharap kebijakan untuk tetap menyediakan pupuk bersubsidi tetap ada, dan begitupun untuk kandungan pupuknya juga bisa ditingkatkan. Karena, salah satu alasan Amlan masih membeli pupuk non subsidi, dan khusus tanaman cabai merah tidak menggunakan pupuk yang bersubsidi.
Hal ini dikarenakan, untuk mendapatkan produksi cabai yang maksimal, pupuknya harus memiliki kandungan pupuk yang bagus, dan hal tersebut hanya bisa ditemukan untuk pupuk non subsidi. Berbeda untuk padi, masih bisa menggunakan pupuk bersubsidi yakni Urea dan NPK.
“Kami tentu ingin produksi tetap bagus, sehingga terwujud swasembada pangan seperti yang dicita-citakan Presiden RI Prabowo Subianto. Jadi kami berharap meski terjadi efisiensi anggaran, jangan sampai mengganggu segala hal yang sejatinya merupakan dukungan untuk petani, seperti hal untuk pupuk bersubsidi,” harapnya.
Kini, berkat kegigihan Amlan telah turut menjadi perhatian serius oleh Pemerintah Kota Padang. Karena upaya yang telah dilakukan Amlan, tidak hanya mampu berperan dalam ketahanan pangan di Padang, tapi juga telah menjaga paru-paru kota Padang, sehingga bisa menghasilkan udara yang bersih.
Poin terpenting, upaya Amlan dalam mempertahankan lahan sawahnya, telah turut mengetuk hati pemerintah, agar tidak lagi memberikan izin kepada pengembang perumahan, bila kawasan pembangunan dilakukan di hamparan pertanian yang masih produktif.
Sementara itu, pemilik kios yang menjual pupuk bersubsidi di Padang, Yanti menyampaikan bahwa pupuk yang dijualnya sudah sesuai HET. Namun, ketika ditanya lebih rinci, Yanti tidak mengetahui secara pasti berapa harga HET pupuk yang seharusnya dijual ke petani.
“Pupuk yang dijual di sini pupuk bersubsidi juga, harganya sesuai HET, dan di kios saya ini melayani petani yang berasal dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Padang Timur, Padang Selatan, dan Pauh,” jelasnya.
Menurutnya sejauh ini belum pernah terjadi keterlambatan pasokan ke kiosnya itu. Ketika melaporkan kondisi ketersediaan pupuk di kios ke Pupuk Indonesia, direspons secara cepat.
“Layanan seperti ini, dari sisi kios sangat senang. Sedangkan dari petani pun jadi terbantu, setiap datang ke kios, berapapun jumlah pupuk yang dibutuhkan petani, selalu terpenuhi,” ucapnya.
Sekretaris Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan kuota pupuk bersubsidi yang didapatkan Sumbar pada tahun 2025 ini mencapai 239.587 ton, yang terdiri dari pupuk Urea dengan kuota 111.160 ton, NPK 125.597, dan NPK Formula Khusus 2.380 ton.
“Kuota pupuk bersubsidi di Sumbar ini mengalami kenaikan sejak tahun 2024 kemarin. Kalau sebelumnya itu, kuota pupuk subsidi yang didapatkan Sumbar sekitar 160 ribu ton,” jelasnya.
Dari kuota pupuk bersubsidi yang ada itu, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 644/KPTS/SR.310/M/11/2024 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2025, maka harga HET untuk pupuk Urea Rp2.250 per kilogram, NPK Rp2.300 per kilogram, pupuk NPK untuk kakao Rp3.000 per kilogram, dan pupuk organik Rp800 per kilogram.
Ferdinal menyampaikan meningkatnya kuota pupuk bersubsidi yang didapatkan Sumbar ini, sebagai bentuk dukungan pemerintah pusat terhadap sektor pertanian demi tercapainya swasembada pangan.