Bisnis.com, PADANG - Perayaang tahun baru Imlek 2576 tidak hanya diwarnai dengan aksi budaya seperti barongsai dan naga liong, tapi juga ada sebuah ritual yang memiliki makna yang besar untuk dijalankan bagi umat Tionghoa.
Ritual itu dikenal dengan sebutan Fang Sheng atau ritual pelepasan makhluk hidup. Tapi untuk ritual yang berlangsung di depan Kelenteng See Hin Kiong, Kota Padang, Sumatra Barat, ini umat Tionghoa melepaskan burung pipit.
“Ritual Fang Sheng ini memang sudah menjadi tradisi, karena memiliki makna yang besar. Tidak hanya burung saja sebenarnya yang bisa dilepaskan untuk ritual itu, ada juga yang melepas kura-kura. Tapi, mengingat sulitnya untuk mendapatkan kura-kura dalam jumlah yang banyak, melepas burung jenis pipit pun boleh,” kata Humas Kelenteng See Hien Kiong, Indra Lee, Rabu (29/1/2025).
Dia menjelaskan ritual Fang Sheng memiliki makna sebagai bentuk penghargaan terhadap makhluk hidup, dimana dengan dilepaskannya makhluk hidup ke alamnya setelah sekian lama di dalam sangkar, artinya telah turut memberikan perpanjangan kehidupan.
“Cara melepaskan makhluk hidup atau hewan ke habitatnya yang dilakukan pada Imlek ini,” ujarnya.
Indra menyampaikan bahwal ritual Fang Sheng bukanlah sebuah hal yang wajib dilakukan untuk umat Tionghoa pada tahun baru Imlek ini. Tapi kalau dipahami dari makna ritual Fang Sheng ini, sebagai manusia tentu berharap untuk mendapatkan umur yang panjang, dan kehidupan yang baik.
Baca Juga
Burung-burung yang dilepaskan itu, jelas Indra, dibeli dari pedagang yang memang menyediakan burung-burung untuk dilepasliarkan dalam menjalankan ritual Fang Sheng. Pedagangnya tidak harus umat Tionghoa, tapi bebas saja siapa yang mau menjual hewan yang dilepaskan tersebut.
“Asalkannya hewan sehat, maka akan ada umat Tionghoa yang beli. Ritual ini juga dilakukan setelah melakukan sembahyang untuk leluhur di kelenteng,” sebutnya.
Indra menjelaskan untuk burung-burung yang dijual itu, harganya bervariasi dan tidak ada patokkan harga yang standar. Asalkan, ada kesepakatan harga antara penjual dan pembeli, maka burung-burung tersebut bisa digunakan untuk menjalankan ritual Fang Sheng.
“Saya lihat ada yang satu sangkat yang isinya 5 ekor dijual Rp50.000, tapi ada yang nawar jadi Rp30.000. Jadi sesuai kesepakatan penjual dan pembeli saja,” tegasnya.
Salah seorang umat Tionghoa di Padang, Albert menyampaikan bahwa ritual Fang Sheng ini merupakan sebuah tradisi yang sudah ada sejak leluhur dan memang dilakukan pada momen perayaan tahun baru Imlek.
“Saya ikut melakukan ritual Fang Sheng ini. Selain berharap mendapatkan segala kebaikan, dengan dibelinya burung-burung yang dijual itu, berarti telah turut membantu masyarakat lainnya. Karena kami turut membeli yang dijualnya, jadi bisa mendapatkan manfaat ekonominya bagi pedagangnya,” kata Albert.
Dia berharap pada tahun Ular Kayu ini, segala usaha bisa mendapat keberuntungan, serta dijauhkan dari segala musibah. Terpenting, Indonesia semakin sejahtera dan damai.