Bisnis.com, PALEMBANG – Kehadiran investor serta pengembangan kawasan industri di Sumatra Selatan (Sumsel) dipandang perlu sejalan dengan potensi energi yang sangat besar di wilayah tersebut.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sumsel, Jambi, dan Bengkulu (UID S2JB), Adhi Herlambang, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya memiliki daya pasok sebesar 3.203 megawatt (MW) dengan beban puncak yang mencapai 1.563 MW. Ini berarti, cadangan daya yang tersedia saat ini sebesar 827 MW.
“Pada awal tahun depan, kami juga akan mendapatkan tambahan sumber listrik lebih dari 800 MW. Jadi, sebetulnya kami di S2JB tidak kekurangan pasokan listrik,” jelas Adhi dalam acara Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Palembang.
Adhi menjelaskan bahwa surplus energi lebih dari 800 MW tersebut tidak termasuk alokasi yang telah dialirkan ke wilayah lain di Pulau Sumatra, seperti Sumatra Bagian Utara (Sumbagut) dan Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng), yang mencapai 900 MW. Artinya, total akses energi yang tersedia di Sumsel sebenarnya bisa mencapai 1.700 MW.
Dengan kapasitas energi yang melimpah, Adhi berharap Sumsel dapat menjadi tempat berkembangnya kawasan industri yang bisa menyerap energi ini, sehingga tidak perlu lagi mengirimkan energi ke daerah-daerah yang lebih jauh.
“Karena sangat disayangkan jika energi ini hanya dikirimkan ke daerah-daerah seperti Medan, Padang, dan Riau. Jika terlalu jauh, stabilitasnya bisa mengkhawatirkan,” jelasnya.
Baca Juga
Sumsel sendiri memiliki potensi sumber daya energi yang beragam diantaranya geothermal 918 MW, batubara 8 juta ton, biomassa 2.132 MW, hidro (angin) 448 MW, surya 17.233 MWp, dan sampah 0,5 MW.
Ke depan, kata Adhi, PLN berencana mengembangkan pembangkit listrik di Sumsel dengan kapasitas total 3.350 MW, yang mencakup pembangkit listrik tenaga fosil dan energi baru terbarukan (EBT).
Sementara untuk EBT, realisasi independent power producer (IPP) dan excess power (EP) di S2JB saat ini telah melebihi target nasional. Porsi energi terbarukan saat ini mencapai 39%, sementara porsi non-EBT sebesar 61%.
“Kami sudah mencapai 39% untuk EBT dengan total IPP dan excess power sebesar 181,97 MW. Ini sudah sangat baik,” ujarnya.
Dia menegaskan, di tengah semakin meningkatnya tantangan pemanasan global, pihaknya juga fokus untuk menghasilkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan dengan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
“Memang masih ada beberapa kekurangan, tapi kami terus berupaya melakukan perbaikan agar energi yang dihasilkan bisa lebih ramah lingkungan dan efisien,” ujarnya.